Langsung ke konten utama

Prewedding Photography, From My Own Perspective...

I have a lot of friends whose earning are through photography, so I can guess what would they think of me for writing this.

 

One of the most lucrative subcategory of photography business is Prewedding Photography. Everybody seemed to be doing this because the demand is quite high. There are a lot of couples want to have some series of photos to display at their reception. Many photographers are offering this service.

 

I see there can be pressure to the couple to match -- or even out-do -- the photographs displayed at their friends' or relatives' wedding ceremonies. From as low as a couple of millions (in some regions are even lower!), to the big numbers for big customers. From simple outdoor or studio session to trip to other continent, the offer as various as the customers' ability to pay. There are the competition among the photographers for the services offered. There are competitions -- albeit no one would admit --- among the would-be married couples.

 

A few years back, this trend seemed to be non-exist but now you can see it in almost any wedding decorations.

 

But to me, you don't have to do this thing. Prewedding photos are just another thing to do that does not have to be done. It adds more unnecessary burden to the couple, emotionally and financially.

 

Prewedding photographs are there for decorations only.

 

Even worse, somehow your wedding cancelled for whatever reasons, what would you do about the prewedding photos?

 

By all means, if you can afford the time, the energy, and the money, go with it! But know this: you don't have to do it!

 

If you decide to not do prewedding photography, that's good. If you still do it, even compelled or even think it's customary and expected from your friends and families, then do it.

 

But remember: It is the wedding photographs that you will mostly cherish, because all the people you cared for were there in the frames.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Persistent, With Smile"

Itulah motto yang harus kupegang dalam menjalankan tugas sekarang ini. Maksud dari "Persistent, With Smile" adalah bahwa aku tetap ngotot mencapai tujuan tugas/ kerja tanpa melupakan untuk terus tersenyum. Terdengar lebih mudah daripada kenyataannya karena saat mendapati hasilnya tak sebanding dengan upaya yang dikeluarkan, bisa jadi terasa pesimis, frustrasi, atau bahkan putus asa dan menjadi apatis! Ini tentu tidak baik dan tidak sehat. Untuk tetap bisa tersenyum dalam arti senyum yang sebenarnya, bukan senyum palsu yang dipaksakan, aku tentu akan mencoba mencari alasan yang pas. Tentu untuk bisa tersenyum dengan tulus dan punya makna, aku sedang ingin tersenyum. Yang kulakukan kemudian adalah menemukan hal-hal yang membuatku bisa tersenyum! Pencapaian kecil, lelucon pribadi, hal menyenangkan yang bisa kunikmati sendiri atau dibagi dengan orang lain. Tetap berusaha keras dengan memikirkan cara dan solusi terbaik, alternatif yang wajar, jalan keluar dari masalah,...

Daft Punk di Tron: Legacy

Dari sekian banyak blog post di internet soal film Tron: Legacy dari Disney ini, pastilah juga ada banyak yang membahas tentang Daft Punk yang mengisi ilustrasi musiknya. Tak apalah aku menambahkan satu post lagi yang bersifat minat personalku tentang angle Daft Punk, Disney, dan film fiksi ilmiah tentang komputer. Pemilihan duo Daft Punk adalah pilihan yang tepat. Musik mereka elektronik. Style  mereka robotik. Film ini tentang komputik (yeah, aku tahu aku memaksa rimanya). Tetapi betapa menariknya mendengarkan satu album ilustrasi musik untuk film ini membuatku sangat bersemangat untuk menontonnya! Aku ingin tahu apakah Linda akan merasakan hal yang sama denganku? Mengingat sekian tahun yang lalu aku membaca cerita tentang film Tron di terbitan Intisari yang saat itu sangat captivate  imajinasiku! Bayangkan: sebuah dunia dalam komputer dimana program-program saling berinteraksi, lengkap dengan adegan balap dan duel cakram! Keren! Padahal aku hanya membaca tulisan tent...

mengatur waktu sesuai kapasitas, prioritas, dan sumber daya lainnya.

 mencari tahu tentang manajemen waktu, pelan-pelan menerapkannya sesuai kondisi, konsisten dan berkomitmen dengan proses. lalu setelah beberapa waktu, melakukan evaluasi dengan maksud membuat beberapa perubahan dan penyesuaian demi semakin efektifnya bekerja. ini adalah upaya yang memerlukan ketekunan, kegigihan, dan kesabaran, selain tentunya kecerdasan pada tingkatan tertentu. prioritas yang tertinggi adalah menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya, dapat bekerja lebih cepat atau segera mendelegasikan tugas rutin yang tidak esensial. selain itu tentunya dapat berpikir kreatif dan menemukan solusi. coba lihat paragraf di atas. aku menuliskan hal-hal seperti aku tahu banyak hal padahal tidak.