Jadi beberapa waktu lalu aku membaca tentang kekurangan pribadi yaitu mudah lupa, spesifik tentang membaca buku dan memahaminya, serta betapa mudahnya untuk melupakan hal yang baru saja dibaca beberapa halaman sebelumnya.
Aku akui ini terjadi padaku. Bayangkan, sesudah melewati beberapa lembar bacaan, mendadak terpikir, "Eh tunggu dulu, tadi dia bahas apa ya?" Hal ini kurasa menggangguku. Ini jugalah sebabnya aku sungkan untuk mengambil kursus atau pendidikan bersertifikasi -- yang berarti harus ujian. Semata-mata karena aku ragu setelah membayar mahal dengan uang dan waktu, pada saatnya ujian aku tidak lulus karena aku melupakan semua hal yang belum lama dipelajari.
Ini kekurangan yang perlu diatasi tapi tidak mudah. Apakah penambah parahnya mudah lupa ini karena aku makin jarang membaca teks panjang? Apakah aku lebih banyak menghabiskan waktu membaca cuitan orang di Twitter yang terbatas hanya 280 karakter sehingga membaca beberapa alinea akan membuatku mengernyitkan dahi?
Atau ini sebenarnya penanda atau gejala dari sesuatu yang lebih serius lagi?
Aku akui ini terjadi padaku. Bayangkan, sesudah melewati beberapa lembar bacaan, mendadak terpikir, "Eh tunggu dulu, tadi dia bahas apa ya?" Hal ini kurasa menggangguku. Ini jugalah sebabnya aku sungkan untuk mengambil kursus atau pendidikan bersertifikasi -- yang berarti harus ujian. Semata-mata karena aku ragu setelah membayar mahal dengan uang dan waktu, pada saatnya ujian aku tidak lulus karena aku melupakan semua hal yang belum lama dipelajari.
Ini kekurangan yang perlu diatasi tapi tidak mudah. Apakah penambah parahnya mudah lupa ini karena aku makin jarang membaca teks panjang? Apakah aku lebih banyak menghabiskan waktu membaca cuitan orang di Twitter yang terbatas hanya 280 karakter sehingga membaca beberapa alinea akan membuatku mengernyitkan dahi?
Atau ini sebenarnya penanda atau gejala dari sesuatu yang lebih serius lagi?
Komentar
Posting Komentar