Langsung ke konten utama

Di Jalan Raya Serpong, Saluran Got Tak Berfungsi

Di Jalan Raya Serpong yang sekarang sepertinya dimanfaatkan oleh para penglaju dari Jalan Tol Jakarta-Merak yang hendak ke Tol Jakarta-Cikampek tanpa melewati Jalan Tol Dalam Kota, keadaan menjadi bertambah tidak menyenangkan untuk dilewati. Setiap orang yang tinggal di ruas jalan ini mungkin akan sependapat denganku. Keberadaan mobil-mobil yang melintas membuat jalan semakin ramai dan semakin sulit menyeberang. Untung ada pembangunan jembatan penyeberangan. Tetapi tak terlalu banyak membantu karena tentu saja jarak antar tiap jembatan terlalu jauh bagi penduduk yang sudah terbiasa mempertaruhkan keselamatan diri dengan menyeberang langsung di antara kendaraan-kendaraan yang melaju kencang.

Keadaan yang sudah buruk ini makin diperburuk dengan tidak berfungsinya saluran drainase. Seandainya saja berfungsi dengan baik, rasanya tak akan membuat keadaan separah seperti ini. Hujan deras sebentar saja langsung air meluap menggenangi jalan raya sehingga pengemudi kendaraan pada menghindari genangan karena takut mogok. Akibat perpindahan/penyempitan lajur ini tentu saja menimbulkan kemacetan!

Genangan Got Mengganggu Kelancaran Jalan

Bayangkan saja, jalan yang kadang-kadang macet pada cuaca cerah, tentu akan menjadi semakin parah bila ruas jalan yang dipergunakan para pengemudi berkurang karena genangan air. Betapa menyengsarakannya mengemudi dalam kondisi seperti ini! Tidak ada perasaan senang dan santai. Kegiatan mengemudi tak lagi terasa menyenangkan.

Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan pemerintah kota Tangerang Selatan yang baru terpilih ini. Apakah mereka akan melakukan perbaikan atau membiarkan saja? Melihat kecenderungan selama ini, aku rasa yang akan terjadi adalah yang kedua. Kondisi jalan raya yang buruk ini akan dibiarkan berlarut-larut yang sebenarnya hanya akan merugikan terlalu banyak orang. Bahkan juga menggerogoti kas negara.


Semua Kendaraan Menghindari Jalur Tepi Yang Tergenang

Tidak, aku tak terlalu jauh berandai-andai. Sebegitu banyak pengendara yang menggunakan BBM bersubsidi, terjebak macet, sehingga pembakaran dalam mesin menjadi tersia-sia hanya untuk menempuh jarak pendek. Gas, rem, gas, rem lagi. Melelahkan dan terlalu boros. Yang misalnya tadi cukup dengan 1 liter BBM bisa mencapai tujuan, sekarang butuh 2 liter. Kalau dikali sekian ratus kendaraan, bayangkan berapa rupiah yang "terbuang" sia-sia karena kemacetan ini?

Hanya karena saluran drainase / got yang tak berfungsi optimal, negara dirugikan akibat harus menanggung subsidi BBM yang terbuang sia-sia di tengah kemacetan. Karena kondisi ini, waktu tempuh meningkat banyak padahal jarak tempuh sama. Menyengsarakan banyak pihak.

Bahkan Di Saat Tidak Hujan, Genangan Air Yang Mengganggu Kerap Ada

Apakah bisa berharap pada pemerintah kota yang baru terpilih ini untuk melakukan perbaikan yang bermanfaat sangat besar bagi rakyat? Kuharap seperti itu. Mungkin ini hanya harapan naif. Tetapi aku sangat ingin berharap bahwa perbaikan saluran drainase saja, asalkan dikerjakan dengan benar, akan menghindarkan aku dari terjebak banjir saat membeli makan (kondisi yang terjadi saat pengambilan dua foto paling atas).

Kuharap seperti itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Parkir "Ngaco" dan Tak Pedulian...(?)

Yeah aku tahu kalau memang parkir mundur itu SULIT apalagi kalau available space for maneuvering  sangat terbatas. Tetapi kenapa -- kalau memang masih ada waktu untuk itu -- tidak melakukan koreksi atas posisi parkir mobil yang kita pergunakan kalau kita sadar itu bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari parkiran nantinya (atau orang lain untuk memasuki tempat parkir di sebelah kita)? Misalnya posisi di atas, seberapa sulitnya untuk sadar bahwa posisi parkir kita itu SANGAT MIRING bahkan sampai memakan space parkir sebelah kita? Serendah itukah kemampuan mengemudimu? Yang terpikirkan olehku adalah dia terburu-buru ( positive thinking ) atau tak pedulian ( negative thinking ). Atau: Apakah SIM A yang kau pergunakan itu diperoleh dengan cara-cara tak pantas atau bahkan ilegal? Mengapa oh mengapa dirimu parkir dengan posisi sedemikian rupa?