Tak ada yang bilang bahwa hidup akan lebih mudah bila dijalani dengan jujur. Soalnya ada banyak hal yang membuat seseorang tidak berlaku jujur. Misalnya ketika seorang pria ditanyakan oleh pasangannya, "Apakah aku bertambah gemuk?"
Selain itu dalam pergaulan sehari-hari, saat berkata jujur malah akan berakibat dianggap tidak sopan oleh si penanya atau pihak yang mendengar percakapan tersebut. Alih-alih bicara apa adanya, seseorang malah menggunakan eufemisme untuk menutupi jawaban sebenarnya, hanya agar si penanya tidak tersinggung.
Yang lebih besar lagi skala tidak jujurnya adalah menggunakan berbagai dalih untuk menutupi tindakan asli yang sebenarnya bisa saja dikategorikan tercela atau setidaknya, tidak etis. Dalam spektrum yang berbeda, tindakannya termasuk ilegal. Misalnya seorang pemimpin organisasi berlabel agama yang tak bisa membayar cicilan kredit kendaraan bermotor, yang ketika debt collector datang untuk menyita kendaraan, malah dihadapi dengan ancaman bahwa model bisnis kredit kendaraan pribadi adalah bertentangan dengan ajaran agamanya.
Saat ini tidaklah mudah untuk tetap jujur setidaknya pada diri sendiri. Misalnya punya keinginan untuk mendapatkan ini dan itu tetapi tidak melakukan daya upaya yang memadai. Ingin secepatnya kaya dan memiliki aset dan harta lainnya tetapi tetap bekerja sebagai karyawan yang penghasilan resminya hanya cukup untuk hidup dua minggu saja dalam sebulan. Jadilah solusi cepatnya adalah memasang tarif tertentu untuk pekerjaan yang seharusnya tidak perlu membayar.
Atau tidak bekerja sesuai dengan porsinya sampai seakan-akan harus lembur padahal pekerjaan aslinya tak butuh diselesaikan lama setelah jam kerja usai.
Sebenarnya ketidakjujuran dalam hidup masih banyak lagi contohnya namun akan dibahas pada tulisan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar