Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

belajar itu penting, "tahu diri" jauh lebih penting. begitu ya?

 setengah jam lagi tengah malam dan masuk ke hari  terakhir bulan agustus tahun pandemi 2020. aku tak tahu apakah setelah ini dunia yang kukenal akan melakukan reset terhadap perhitungan waktu atau tidak. kuharap tidak, karena itu berarti kemajuan umat manusia terhapuskan oleh pandemi ini. itu akan sangat... tidak menyenangkan! mempertimbangkan tapi melupakan lalu melakukan aksi yang kemudian berimbas sebuah tudingan anti terhadap suatu golongan masyarakat itu tidak enak. seharusnya sebagai anggota dari kelompok minoritas, seorang manusia harus tahu diri. menyadari betapa tak pentingnya opini pribadi ketika berhadapan dengan perasaan rapuh kelompok besar manusia yang menganggap selalu dalam serangan dari pihak terlihat maupun tidak. dengan tetap diam dan menyimpan opini pribadi yang tak pelak dapat menyakiti hati kelompok orang lain, seharusnya tercapai harmonisasi kehidupan. semua tenang, semua aman damai, semua senang. atau seperti itu klaim kelompok besar orang. sebuah kondisi faux

"We don't feel that connected."

Dalam banyak hal yang dilakukan rutin, berkali-kali merasakan dorongan untuk memberikan yang terbaik dan paling tepat sesuai kondisi dan waktu yang ada. Dengan mempertimbangkan semua limitasi yang ada, memilih rangkaian tindakan yang diharapkan memberikan hasil paling optimal, lalu mengeksekusi setepatnya, dan kemudian bertanggung jawab atas apa pun hasilnya (atau dampak dari keputusan dan tindakan yang diambil. Setelah menjalankan dan mengalami langsung, seseorang sebaiknya belajar menerima bahwa setelah segala daya upaya terbaik yang dikerahkan, pihak yang satunya tidak akan menerima atau merasa berkebutuhan untuk mengapresiasi pada tingkatan yang diharapkan. "We don't feel that connected," katanya. Seperti itulah realitas. Kembali ke diri sendiri bagaimana menghadapi dan menyikapi respon seperti itu, yang jelas tidak diharapkan. Nah, apa yang kita katakan, lakukan, setelah menerima respons seperti itulah menentukan akan jadi apa hubungan yang ada kelak di kemudian hari

menyadari keterbatasan yang mutlak: waktu

sebelum menuliskan terlalu banyak, izinkan aku meminta maaf atas kenyataan bahwa kemampuanku menurun dalam menulis. jumlah kata yang makin sedikit, koneksi antar paragraf yang makin tipis (atau bahkan hilang), keraguan untuk mem- posting suatu update karena menduga kualitas buruk, dan hal lainnya. ketika orang bilang, "sudah, lakukan saja dulu, nanti juga terbiasa." aku merasa hidup berkarya orang itu lebih mudah daripada hidup tulis menulisku. seharusnya aku belajar dan mengasah kemampuan menulis, lagi dan lagi sampai batas kemampuan tertentu. setelah itulah baru aku mencoba belajar kemampuan lain lagi. kalau seperti sekarang ini, hanya sekedar tahu saja, lalu mencoba mencari tahu hal lain dan hal baru? tentu saja aku tahu cukup luas tapi hanya permukaan saja. tidak ada orang yang mau menjadi "sekedar bisa" saja. tak menghasilkan, soalnya. kecuali orang itu pemalas, tidak berambisi, atau hal lainnya. sekarang aku terdengar seperti orang yang sok tahu, yang dengan