Langsung ke konten utama

"We don't feel that connected."

Dalam banyak hal yang dilakukan rutin, berkali-kali merasakan dorongan untuk memberikan yang terbaik dan paling tepat sesuai kondisi dan waktu yang ada. Dengan mempertimbangkan semua limitasi yang ada, memilih rangkaian tindakan yang diharapkan memberikan hasil paling optimal, lalu mengeksekusi setepatnya, dan kemudian bertanggung jawab atas apa pun hasilnya (atau dampak dari keputusan dan tindakan yang diambil.


Setelah menjalankan dan mengalami langsung, seseorang sebaiknya belajar menerima bahwa setelah segala daya upaya terbaik yang dikerahkan, pihak yang satunya tidak akan menerima atau merasa berkebutuhan untuk mengapresiasi pada tingkatan yang diharapkan. "We don't feel that connected," katanya. Seperti itulah realitas. Kembali ke diri sendiri bagaimana menghadapi dan menyikapi respon seperti itu, yang jelas tidak diharapkan.


Nah, apa yang kita katakan, lakukan, setelah menerima respons seperti itulah menentukan akan jadi apa hubungan yang ada kelak di kemudian hari. Tak semua orang mau dan bisa tapi memang sebaiknya dilakukan dengan bijaksana. Kondisinya membuat kita harus adaptif. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...