Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan.
Baiklah, begini ceritanya:
Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah.
Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini.
Alasannya sederhana.
Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bila mengingat ini adalah restoran, maka porsinya juga tak mungkin masuk kategori jumbo. Paling juga menyamai ukuran porsi si tukang gado-gado pinggir jalan langgananku.
Bayangkan, harga restoran itu hampir tiga kali harga gado-gado langgananku. Aspek harga ini tentu saja sebagai faktor deteren utama dari niatku mencoba gado-gado mereka. Maksudku, aku tak yakin cita rasanya dua sampai tiga kali lebih enak dibandingkan gado-gado buatan penjual langgananku.
Jadi buat apa aku membayar 2-3 kali lebih mahal? Aku tak mau!
Kalau ada yang mau membelikan untuk bahan perbandinganku, itu lain lagi ceritanya, tentu saja pemberian ini harus tanpa disertai ikatan apapun.
Baiklah, begini ceritanya:
Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah.
Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini.
Alasannya sederhana.
Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bila mengingat ini adalah restoran, maka porsinya juga tak mungkin masuk kategori jumbo. Paling juga menyamai ukuran porsi si tukang gado-gado pinggir jalan langgananku.
Bayangkan, harga restoran itu hampir tiga kali harga gado-gado langgananku. Aspek harga ini tentu saja sebagai faktor deteren utama dari niatku mencoba gado-gado mereka. Maksudku, aku tak yakin cita rasanya dua sampai tiga kali lebih enak dibandingkan gado-gado buatan penjual langgananku.
Jadi buat apa aku membayar 2-3 kali lebih mahal? Aku tak mau!
Kalau ada yang mau membelikan untuk bahan perbandinganku, itu lain lagi ceritanya, tentu saja pemberian ini harus tanpa disertai ikatan apapun.
Komentar
Posting Komentar