Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Dick’s Gnosticism

Philip K. Dick, Sci-Fi Philosopher, Part 3 - NYTimes.com Ask yourself: what does one do in the face of a monistic all-consuming naturalism? We can embrace it, hoping to wrest whatever shards of wonder and meaning we can from inquiries into the brain or the cosmos sold as brightly colored trade hardbacks, written by reputable, often prize-winning, scientists. Or we can reject scientific determinism by falling back into some version of dualism. That could mean embracing a spiritual or religious metaphysics of whatever confection, or — if one is still nostalgic for the disappointed modernism of, say, Kafka or Beckett — by falling back upon a lonely, alienated self in a heartless world of anomie.

Menyenangkan Bersamamu...

Hari ini tentu saja kulewatkan bersama si cantik Linda! Selain janji bertemu di sebuah mal di selatan Jakarta, tujuan utamanya adalah menonton film karya sutradara Rusia-Ukraina (?) yang entah bagaimana, Linda bisa tertarik menontonnya. Anyway, sebagai hiburan semata, kurasa "Abraham Lincoln Vampire Hunter" tidak buruk. Meskipun berbeda dengan bukunya, yang sudah lebih dulu kubaca, tapi perbedaan klimaks dan ending cerita memang perlu. Lagipula screenplay-nya dibuat oleh si pengarang bukunya. Jadi aku tak punya alasan untuk protes. Yang penting, Linda terhibur. Dia tersenyum dan tertawa maupun merasa tegang selama pemutaran film. Untukku, itu saja sudah cukup. Dia terlihat cantik dalam dandanan dan pakaian yang sederhana. Aku suka. Sayang sekali hari ini tidak bisa memeluknya. Terlalu banyak orang di mal dan dia seperti lebih suka pegangan tangan saja. Yeah, setidaknya aku bisa membuatnya tertawa. Aku senang!

Quote From: "Future Babble"

Future Babble  by Dan Gardner We really  like babies. ... In evolutionary terms, nothing is more important than reproducing. Among our ancestors, parents who didn't particularly care if their babies were well-fed, healthy, happy, and safe were much less likely to see those babies become adults with children of their own. So that attitude was going nowhere. But those who felt a surge of pleasure, compassion, and concern at the very sight of their darling little ones would take better care of them and be more likely to bounce grandchildren on their knees. Thus the automatic emotional response every normal person feels at the sight of a baby became hardwired, not only among humans but in every species that raises its young to maturity. Maka yang aku pikirkan adalah wajar aku suka tersenyum melihat bayi orang lain yang terlihat lucu, kenyang, tidur dengan nyaman, tersenyum atau tertawa, apalagi yang sedang bermain dengan bahagia. Dorongan alami yang sangat sulit diabaikan untuk punya a

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Celebrating Diversity And Promoting Freedom Of Speech

Kira-kira itulah tema tadi di AtAmerika dengan menampilkan Tika and The Dissidents, Tembang Pribumi, comic  Liongky dan Pangeran. Juga memberikan panggung untuk aksi para Little Monsters  Indonesia. Dari judul acara saja seharusnya bisa ditebak bahwa yang kira rayakan adalah kebebasan berkumpul dan mengemukakan pendapat -- selain merayakan keberagaman Indonesia. Seperti yang diucapkan tadi dalam acara, tidak boleh kita menghalangi orang lain berpendapat, meski bertentangan dengan pendapat kita. Tika juga sempat berterima kasih pada FPI karena jadi punya kesempatan bertemu dengan para Little Monster dari Indonesia. Menurutku, semoga di antara mereka ada yang datang langsung atau menonton live streaming dan sebelumnya tidak kenal dengan Tika. akan menjadi penggemar juga. Setidaknya ya berusaha mengenal lebih jauh.  Penampilan Tika tadi memuaskan. Tak sia-sia aku menggemari dia (mereka?) selama ini. Mengingat baru kali ini aku menonton penampilan dia (mereka?), aku harus katakan bahwa ak