Langsung ke konten utama

Observasi: Pelayanan Kepada Kustomer - Sushi Tei dan Periplus Plaza Senayan

Hari ini aku mengalami kejadian yang kurang enak sebagai (calon) kustomer.

Pertama, di Sushi Tei Plaza Senayan. Pegawai yang memegang buku waiting list memperlakukanku seakan-akan brand tempatnya bekerja adalah tempat makan eksklusif. Maksudku, tahu tidak seperti apa perlakuan orang di pintu masuk, waktu kau sebagai calon pelanggan menanyakan apakah ada tempat kosong di restoran ekslusif mereka? She is very unhelpful eventhough I do asked nicely and politely.

Pertanyaanku ditanggapi singkat dengan senyum yang seakan aku tidak cocok masuk ke dalam tempatnya. Tidak menjawab pertanyaanku, ada berapa nama dalam waiting list sialannya itu. Tidak mau memberikan jawaban taksiran waktu tunggu untuk satu orang, di sushi bar.

My goodness! I was just asking for an estimation about how long will I have to wait for a seat at the fncking sushi bar! Nor she'd asked me would I wait that she'd check first to the bar or the cashier. Nor she'd asked my name and/or would I like to be put into the fncking waiting list.


Maksudku, sebagai pelayan, kenapa tidak mencoba lebih membantu? Apakah karena aku datang dengan tampilan celana jins, sneaers, kaos hitam band idola? Tidak berpenampilan seperti umumnya pengunjung Plaza Senayan dengan dandanan standar mall kelas atas mereka?

Entahlah. Tapi aku masih ingat berterima kasih pada perempuan itu sebelum pergi ke toko buku.

Nah, di toko buku ini, pada saat akan membayar, si kasir tidak mencoba menawarkan membersip Periplus. Hanya sekedar menanyakan kartu member atau kartu kredit BNI. Itu juga ditanyakan setelah aku bertanya terlebih dahulu apakah ada promosi atau tidak.

Lalu pembayaran bukuku tetap diproses sampai selesai barulah aku diberi formulir menjadi member. Jadi kasir ini hanya sekedar bekerja seperti robot, tidak informatif, tidak menawarkan sesuatu yang menarik, dan tidak jujur.

Tebakanku adalah dia tak mau mengatakan bahwa pembelian bukuku saat itu tak akan bisa dia sertakan dalam proses keanggotaan Periplus*. Begini, saat aku tanyakan apakah dia akan memindai barcode kartu keanggotaan sementaraku, dia hanya bilang akan dipindai nanti. Saat itu dia telah selesai memproses tiga pembelian dari pelanggan lain.

Kasir sialan itu tak mau bilang bahwa pembelianku saat itu tak akan bisa disertakan dalam proses membership karena aku telah terlanjur membayar lunas kemudian baru menyerahkan formulir keanggotaanku. Kasir sialan itu tidak menawarkan menunda transaksi sampai aku selesai mengisi formulir baru memproses pembelianku -- dimana dia seharusnya memindai kartu kenggotaan sementaraku. Kasir sialan itu tidak jujur pada kustomernya dan memberikan informasi yang tak jelas.

Aku tahu apa yang terjadi tapi kupikir tak usahlah aku lanjutkan berdebat di kasir.

Kenapa orang-orang tidak mencoba do more than their job need them to do? Kenapa tidak memberi lebih? Going the extra mile?

Dear Sushi Tei and Periplus managements, I know you won't ever read this, but I'll say this anyway: Your employees sucks. Especially today, at Plaza Senayan. I am a paying customer and I DO pay whatever things I bought from your establishment.

And you know what? My annual purchases from your stores might be minuscule and negligible, but I DO vote with my money. Guess what?

You lost my favor. I'll vote against your stores in the long run. Promise.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

basically, what i do is...

losing money. i tend to think that i am smart than most people surrounding me in a daily basis but when i get to expand the circle just a little bit then wham! i am reminded how little i know about the real world and how people will not even acknowledge my level of knowledge. that i am just a nobody. that hurts. i told myself that i know a lot then act upon that information that i thought would be enough. many times, i get told that i know nothing. that my decision making is flawed. that i am not getting better, not learning from past mistakes. you know what? at least i know that i do not know. then i will try to learn more just to get that fraction of information / knowledge to add to my brain. i will prevail. i should.

Melakukan Perawatan Kendaraan Secara Berkala

Aku punya beberapa jenis kendaraan sebagai hak milik. Beberapa jenis punya lebih dari satu unit. Skuter dan sepeda, misalnya. Ada skuter keluaran Piaggio tahun 1980 dan 1994. Sepeda gunung dan sepeda balap. Sebuah motor trail keluaran Yamaha tahun 1976. Sebuah mobil tahun 2013. Yang tak kuperhitungkan dengan cermat sebelumnya adalah bahwa ada yang disebut dengan upkeep  alias biaya untuk tetap menjaga semuanya tetap bisa dipakai dan berfungsi dengan baik. Ongkos perawatan dan pemeliharaan, kalau mau sederhananya. Tidak kubayangkan bahwa tiap kendaraan untuk tetap legal, aku harus setia membayar pajak kendaraan tiap tahun. Untuk itu saja sudah habis sekian juta rupiah. Setiap tahunnya.

Build From Scratch, Again?

The transplants that had to build work, friendship and love from scratch all went a bit nuts and cannibalized themselves and others. Membaca dapat menjadi kegiatan yang membuka mata atau menohok perasaan, seperti kutipan artikel di atas (versi utuh dapat ditemukan di sini ). Aslinya tulisan opini tentang pengalaman sebagai perempuan di New York City tetapi kutipan kalimat di atas dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan siapa saja yang datang ke kota besar yang baru. Seperti yang aku alami sekian tahun yang lalu saat pertama kali datang ke sebuah kota besar di pulau Jawa. Aku harus memulai segalanya dari awal, masuk lingkungan baru yang menganggap logat bicara dan cara berpakaianku waktu itu adalah udik. Aku tak keberatan karena memang aku berasal dari tengah hutan. Betapa berat penyesuaian yang harus kulakukan di lingkungan baru, membangun segalanya dari awal lagi. Kemudian beberapa tahun kemudian saat aku menerima tawaran untuk bekerja di pulau yang berbeda di propinsi yang ja...