Langsung ke konten utama

Mengubah Idealisme, Kenapa Tidak?

Mungkin hidupku akan lebih mudah bila idealismeku adalah sebanyak-banyaknya uang.
Itulah yang kukatakan pada diriku pagi ini, di depan cermin, saat bersiap untuk berangkat kerja seperti biasa. Ya, aku hanyalah seorang kuli korporat yang hidup from paycheck to paycheck. Tidak bisa dibanggakan, tidak berlebihan, tidak juga melarat. Setidaknya itulah yang kupikirkan sambil duduk di sebuah coffee shop jaringan yang cukup luas tersebar di seluruh Indonesia.


Sudah seharusnya aku tak perlu berpegang lagi pada idealisme bullcrap yang menjauhkanku dari tindakan mencari tambahan untuk sekedar memenuhi sejumlah kemauanku yang bagaikan tidak ada habisnya. Aku butuh tempat tinggal yang cukup menampung jumlah barang-barang akumulasi hidup berpindah-pindah selama belasan tahun. Tentu saja yang bisa menampung semua kendaraan yang kumiliki.

Aku ingin punya komputer pribadi yang lebih mumpuni daripada yang sedang kupakai mengetik blogpost ini. Aku ingin bisa berlibur ke ujung timur Indonesia tanpa merasa mengorek simpanan darurat yang membuatku tak bisa tidur nyenyak. Aku ingin ini dan itu. Banyak sekali sampai mau berteriak kesal dan meninju pria gendut yang duduk di sebelahku sambil bermain iPhone, kalau mengingatnya. Sungguh tak enak hidup dalam rasa kekurangan.

Jadi yang kubutuhkan sejak lima tahun yang lalu adalah mengubah idealismeku yang membuatku hidup dalam keadaan berhemat tanpa bisa splurging on things. Sedih rasanya kalau diingat terus.

Iya, aku sedang labil. Ehe ehe ehe...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Parkir "Ngaco" dan Tak Pedulian...(?)

Yeah aku tahu kalau memang parkir mundur itu SULIT apalagi kalau available space for maneuvering  sangat terbatas. Tetapi kenapa -- kalau memang masih ada waktu untuk itu -- tidak melakukan koreksi atas posisi parkir mobil yang kita pergunakan kalau kita sadar itu bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari parkiran nantinya (atau orang lain untuk memasuki tempat parkir di sebelah kita)? Misalnya posisi di atas, seberapa sulitnya untuk sadar bahwa posisi parkir kita itu SANGAT MIRING bahkan sampai memakan space parkir sebelah kita? Serendah itukah kemampuan mengemudimu? Yang terpikirkan olehku adalah dia terburu-buru ( positive thinking ) atau tak pedulian ( negative thinking ). Atau: Apakah SIM A yang kau pergunakan itu diperoleh dengan cara-cara tak pantas atau bahkan ilegal? Mengapa oh mengapa dirimu parkir dengan posisi sedemikian rupa?