Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Thinkpad Apple Hitam

Hibrida! Sebuah Hibrida! Apple Thinkpad

Menonton Musik Hidup!

Akhirnya begitu ada kesempatan, aku mengajak Linda menonton pertunjukan musik hidup di sebuah pusat kebudayaan Amerika di dalam mal kelas atas di Jakarta. Band jazz yang tampil adalah Nuf Said dari daerah New York, Amerika Serikat. Nuf Said @atamerica

Menjual Diri Sendiri

Kemampuan untuk menjual diri sendiri adalah salah satu soft skill  yang kurasakan tidak cukup kumiliki. Mengingat aku sudah hidup cukup lama, kekurangan ini sangat terasa mengganggu. Apalagi untuk menulis secara rutin seperti ini saja, meng- update  isi blog, rasanya sangat jarang kulakukan. Ternyata bersaing untuk mencari uang itu, apalagi di ibukota negara seperti ini, sangat melelahkan dan menguras emosi. Aku butuh recharge ... Lapangan Kosong di Tengah Kota. Sekosong Perasaanku Saat Ini. Aku ingin ada Linda di sini saat ini bersamaku.

Business Model, Busted!

Itulah yang pertama kali terpikirkan dalam kepalaku saat aku tahu keputusan Linda soal draft business model yang aku kirim. Intinya, aku tak yakin dia akan submit  tepat waktu sebelum batas waktu penyerahan ditutup. Jujur saja, aku sedih dan kecewa. Tapi harus mengingatkan diri sendiri kalau ini adalah kompetisi yang Linda mau ikuti dan sebenarnya dia juga tidak eksplisit meminta tolong kepadaku. Mungkin aku saja yang terlalu bersemangat ingin terlibat sekaligus dorongan terpendam (bawah sadar) untuk pamer pengetahuanku yang sebenarnya belum seberapa. Aku terlalu bersemangat untuk sesuatu yang sebenarnya insignificant . Yah, sudahlah. Sepertinya ini adalah posting terakhir soal business model yang "gagal" sebelum terbentuk konsepnya.

Konsep Awal Dikirimkan!

Jadi dari tadi aku berusaha membuat konsep yang bisa mendeskripsikan business model  yang kumaksudkan pada tulisan sebelumnya. Konsep dari awal sampai akhir - yang memang jauh dari matang - berisi alternatif-alternatif  Game Model, sumber pendapatan atau revenue stream- nya, gimmick  atau insentifnya, premis dasar alias pitching- nya, dan beberapa hal lainnya. Sekarang tinggal memikirkan cara membuat mock-up  model dari website dan tentu saja: NAMA YANG TEPAT! Setelah itu tentu menganalisis kemungkinan atau variasi dari Game Model yang kumaksud dan seberapa mungkin target konsumen itu tertarik untuk bermain? Soalnya tadi aku asal memilih akronim yang menohok tetapi sebenarnya tidak menggambarkan isi layanan malah berpotensi membuat orang untuk tidak memainkan aplikasi tersebut. Tentu saja hal seperti ini salah. Untuk itulah hal seperti itu kuserahkan kepada Linda agar dia yang memikirkannya. Aku tadinya mau membuat mock-up website tersebut tetapi sepertinya ilmu edit gambarku

Business Model. Huh?

Linda menceritakan hal yang menarik kemarin. Di kantornya diadakan semacam kontes kecil-kecilan dengan tema penggunaan jaringan mobile broadband untuk mengeruk keuntungan bagi korporasi penyelenggara sambungan internet tersebut. Hei, memang ini pragmatis. Semua orang senang dengan monetizing apapun yang bisa diuangkan. Aku juga tertarik. Jadi aku memutuskan pitch  ide kasar ke Linda yang mana memang membuatnya tertarik. Ya aku tahu memang masih berupa sesuatu yang sangat kasar biarpun revenue stream  dan   target base consumers  yang lumayan cukup jelas. Sekalian promosi dan melibatkan industri lainnya yang jelas-jelas saat ini membutuhkan segala bantuan yang bisa mereka dapatkan. Ide model usaha ini menggunakan jaringan internet bergerak pita lebar (baca: mobile broadband ), unsur permainan, insentif kecil yang diharapkan membuat ketagihan ( return customers? repeat order? ), insentif besar yang menarik dan sesuai dengan kelompok konsumen yang dituju, dan hal-hal lain yang sehar

Selain Menjadi Robot, Ada Banyak Hal...

Yang seharusnya kuceritakan, kubagikan dalam blog ini, tetapi tidak kulakukan sampai sekarang. Kesibukanku menjadi pekerja yang hanya berorientasi pada uang telah menumpulkan kemampuanku berpikir dan menyusun kisah yang bisa jadi menarik. Ini sungguh mencemaskan dan berbahaya. Akhirakhir ini aku merasa pekerjaan yang kulakukan tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan. Tetapi dengan motivasi "kejar uangnya", semuanya tetap kulakukan tanpa memikirkan dampaknya. Sekarang, sudah terasa. Aku bagaikan robot pekerja dalam sebuah pabrik raksasa dimana yang dinilai hanyalah seberapa banyak output per satuan waktu yang bisa aku lakukan. Menyedihkan. Di mana lagi kebanggaan pribadi ketika berhasil menyelesaikan sesuatu? Hilang sudah. Bagaikan robot pekerja yang melakukan segalanya dalam otomasi demi mengejar target sekian angka tapi sense of belonging tidak ada memang menyusahkan. Aku tak tahu apa yang akan terjadi kalau terus seperti ini: Akan jadi apa aku nanti?