Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Pelupa Atau Sudah Pikun?

Aku kehilangan blog awalku. Dulu sekali, zaman yang namanya friendster pernah berjaya, aku cukup rajin menulis di blog section -nya. Segala hal kutulis di situ, dari yang umum, sentilan ke orang-orang yang tak kusebutkan namanya, bahkan sampai curahan perasaanku yang kalau dipikir sekarang, bersifat SANGAT pribadi. I don't know what was I thinking at that time to upload such stories that all people can read about! Mungkin namanya awal zaman social network  baru mulai, masih dalam tahap mencoba, tak terpikirkan untuk membuat alternative account  yang cenderung anonim kalau mau menuliskan hal-hal yang kalau dibaca sekarang mungkin akan memalukan. Tetapi aku harus akui bahwa semua itu bagian dari perkembanganku dalam berinteraksi di dunia nyata, dunia maya, dan perkenalan dengan media sosial : apa yang boleh, tak boleh, atau pantas untuk dibagikan ke orang lain. Hell, a lot of people learning at that time how to deal with social media and its dynamics.  Peraturan bersosialisasi be

Should I Be Worry?

I have thought that being in-between jobs would be interesting enough because I would then have time to do what I wanted, personal projects and pursuing hobby. But then I read about dire condition in the Europe and United States, about young people being jobless or must take underpaying work just to get barely independent. Some are even moving back to their parents' house or living rent free with their friends. People with higher education degree compete for jobs that were previously offered to immigrants who would accept lower salary. Here I thought that it would be always sunshine and happy yet I know in some corner of my mind that that wouldn't be so. Should I be worry? Of course I should. The more time I spent being unemployed, the more chance that I wouldn't get a follow up for job interview after sending out my resume. Even more risk because I lived in Indonesia, where competition is actually fierce and employers can be very picky because there's more peop

Bantuan Untuk Menjadi Dewasa?

Ada yang pernah bilang kepadaku bahwa bila tak bisa mengontrol emosi, misalnya saat menghadapi orang yang menyinggung perasaan kita, tanda bahwa aku belum dewasa. Seorang yang telah dewasa, sewajarnya bisa bertindak tepat sesuai situasi, dapat mengontrol emosi, terlebih lagi bila ekspresi yang akan dikeluarkan ke orang yang dihadapi, berpotensi merugikan diri sendiri. Sulit, memang, jadi dewasa. Sampai sekarangpun aku masih banyak belajar mengelola emosi dan seringnya, amarah. Apakah ada tempat berlatih yang sesuai untuk kebutuhan ini? Soalnya aku sadar bahwa seringkali ungkapan perasaan yang spontan kukeluarkan, berujung pada penyesalan diri sendiri. I shouldn't do that. Seperti itulah yang kupikirkan setelah ditinggal sendiri dengan pikiranku. Biasanya aku analisis peristiwa yang terjadi, apa reaksi lawan bicaraku, apa reaksiku, dan apa yang sebenarnya bisa kulakukan agar hasil akhirnya menguntungkan diriku dan syukur-syukur, juga menguntungkan lawan bicara itu. Memang

Menulis Buku Seperti Orang Lainnya.

Baru saja menyelesaikan buku karya Soleh Solihun yang berjudul Kastana Taklukkan Jakarta . Seperti biasanya, membaca buku karya penulis Indonesia, memicu pertanyaan dalam hati. Kali ini adalah rasa iri yang sulit ditahan karena pertanyaan: "Kenapa buku seperti ini bisa diselesaikan penulisnya sehingga kemudian diterbitkan?" Aku tahu Soleh tentu saja termasuk orang yang cukup menarik sehingga -- hei, kenapa tidak menerbitkan kisah tentang dirinya? Mungkin akan menarik dan akan ada banyak orang yang bisa relate their own life with his. Misal soal anak Bandung yang setelah menyelesaikan kuliah kemudian merantau ke Jakarta untuk bekerja. Tentang menjadi wartawan dan mendirikan media. Tentang menjadi komik dan bersuara tentang kondisi pekerjaan dan atasan yang kurang adil/bijaksana. Tentang... Sepertinya melantur karena buku itu menurutku tidak dimaksudkan sekompleks seperti yang aku pikirkan. Anyway , sekarang yang perlu kulakukan adalah mengerahkan segala daya up

Focus On What's More Important: My Life and My Surroundings

Let's just say that I suffered from a form of modern day ailment: Social Media Fatigue. I spent so much time checking and share update on many social medias that I subscribe to, I have almost no time or energy for anything else. I barely keep up with this blog or any other blog that I have, no new Flickr update, Tumblr post down to almost none, and such. Even my tweets are no longer funny, smart, or entertaining. I even lose my ability to laugh at myself, all I want to do is "outshare" everybody else on such and such social media accounts. And one most time, energy, and mind consuming social media of all? Path.