Langsung ke konten utama

Menulis Buku Seperti Orang Lainnya.

Baru saja menyelesaikan buku karya Soleh Solihun yang berjudul Kastana Taklukkan Jakarta.

Seperti biasanya, membaca buku karya penulis Indonesia, memicu pertanyaan dalam hati. Kali ini adalah rasa iri yang sulit ditahan karena pertanyaan: "Kenapa buku seperti ini bisa diselesaikan penulisnya sehingga kemudian diterbitkan?"

Aku tahu Soleh tentu saja termasuk orang yang cukup menarik sehingga -- hei, kenapa tidak menerbitkan kisah tentang dirinya? Mungkin akan menarik dan akan ada banyak orang yang bisa relate their own life with his.

Misal soal anak Bandung yang setelah menyelesaikan kuliah kemudian merantau ke Jakarta untuk bekerja.

Tentang menjadi wartawan dan mendirikan media.

Tentang menjadi komik dan bersuara tentang kondisi pekerjaan dan atasan yang kurang adil/bijaksana.

Tentang...

Sepertinya melantur karena buku itu menurutku tidak dimaksudkan sekompleks seperti yang aku pikirkan.

Anyway, sekarang yang perlu kulakukan adalah mengerahkan segala daya upaya agar menjadi orang yang cukup menarik bagi banyak orang sehingga aku bisa menulis dan menerbitkan buku tentang hidupku.

Dan orang mau membacanya.

Heh, mimpi sedikit dan sekali-sekali, tak ada salahnya, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Parkir "Ngaco" dan Tak Pedulian...(?)

Yeah aku tahu kalau memang parkir mundur itu SULIT apalagi kalau available space for maneuvering  sangat terbatas. Tetapi kenapa -- kalau memang masih ada waktu untuk itu -- tidak melakukan koreksi atas posisi parkir mobil yang kita pergunakan kalau kita sadar itu bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari parkiran nantinya (atau orang lain untuk memasuki tempat parkir di sebelah kita)? Misalnya posisi di atas, seberapa sulitnya untuk sadar bahwa posisi parkir kita itu SANGAT MIRING bahkan sampai memakan space parkir sebelah kita? Serendah itukah kemampuan mengemudimu? Yang terpikirkan olehku adalah dia terburu-buru ( positive thinking ) atau tak pedulian ( negative thinking ). Atau: Apakah SIM A yang kau pergunakan itu diperoleh dengan cara-cara tak pantas atau bahkan ilegal? Mengapa oh mengapa dirimu parkir dengan posisi sedemikian rupa?