Langsung ke konten utama

Menulis Buku Seperti Orang Lainnya.

Baru saja menyelesaikan buku karya Soleh Solihun yang berjudul Kastana Taklukkan Jakarta.

Seperti biasanya, membaca buku karya penulis Indonesia, memicu pertanyaan dalam hati. Kali ini adalah rasa iri yang sulit ditahan karena pertanyaan: "Kenapa buku seperti ini bisa diselesaikan penulisnya sehingga kemudian diterbitkan?"

Aku tahu Soleh tentu saja termasuk orang yang cukup menarik sehingga -- hei, kenapa tidak menerbitkan kisah tentang dirinya? Mungkin akan menarik dan akan ada banyak orang yang bisa relate their own life with his.

Misal soal anak Bandung yang setelah menyelesaikan kuliah kemudian merantau ke Jakarta untuk bekerja.

Tentang menjadi wartawan dan mendirikan media.

Tentang menjadi komik dan bersuara tentang kondisi pekerjaan dan atasan yang kurang adil/bijaksana.

Tentang...

Sepertinya melantur karena buku itu menurutku tidak dimaksudkan sekompleks seperti yang aku pikirkan.

Anyway, sekarang yang perlu kulakukan adalah mengerahkan segala daya upaya agar menjadi orang yang cukup menarik bagi banyak orang sehingga aku bisa menulis dan menerbitkan buku tentang hidupku.

Dan orang mau membacanya.

Heh, mimpi sedikit dan sekali-sekali, tak ada salahnya, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...