Langsung ke konten utama

Mengatur Prioritas Hidup (Part 1)

Sore ini melihat teman-teman kantor pulang lebih awal karena hendak pergi ke Gelora Bung Karno dan menonton pertandingan timnas PSSI di Piala AFC, aku  jadi teringat pembicaraan kemarin. Saat aku dalam meeting mengatakan hendak bisa pulang tepat pada saat akhir jam kerja yaitu 17:30 WIB. Dalam meeting itu VP-ku berkata hal itu tidak mungkin. Pekerjaan masih ada dan masih banyak. Hari ini pukul 5 sore, teman-temanku sudah menghilang dari tempat duduk masing-masing untuk berburu kesenangan.

Aku tidak keberatan mereka pergi lebih dulu. Menyenangkan sekali bisa menikmati kegembiraan massal bersama orang-orang yang punya minat sama. Bersorak, jingkrak, dan bernyanyi.

Aku punya minat berbeda, minoritas dalam hobi dan minat.

Jadi seperti tidak ada teman atau dukungan untuk prioritas yang kupunya. Aku tak mungkin hanya terus bekerja dan bekerja demi perusahaan, pagi sampai malam hari, setiap hari. Kapan aku akan melakukan pengembangan diri? Itu adalah salah satu hal yang mengganggu bawah sadarku.

Aku perlu mengatur prioritas hidup, menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa mengalah terlalu banyak. Bekerja terus sampai tidak sempat mengubah kondisi hidup atau membuat Rencana B itu berbahaya. Kondisi perusahaan tidak mungkin bisa selamanya diandalkan. Kita semua tahu dan paham resikonya. Pertanyaannya: Mau melakukan apa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...