Langsung ke konten utama

Mengatur Prioritas Hidup (Part 2)

Sebelumnya aku pernah bercerita tentang prioritas hidupku yang tidak jelas karena ketika orang-orang lain berangkat untuk hobi, aku masih tetap ada di kantor untuk bekerja. Tidak enak melihat ketika rombongan teman-teman berjalan keluar kantor untuk menjalankan aktivitas bukan kerja, aku masih tertahan di kantor.

Sekarang di tahun 2019 ini aku berniat untuk mengubah itu semua!

Tidak bisa lagi hanya berkutat dengan pekerjaan lalu pulang dari kantor dalam keadaan lelah tidak bertenaga untuk mengerjakan hobi atau belajar hal baru. Aku harus menentukan prioritas dalam hidupku demi kebaikan dan pengembangan diri.

Menjadi orang yang lebih baik dan lebih kaya, sepertinya enak. Dengan lebih kaya, aku punya kemampuan membayar biaya jasa orang lain agar aku lebih banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas peningkatan diri.

Tapi sekaya apa yang aku mau dan incar?

Sama seperti doa, membuat target juga harus spesifik dan breakable dalam detail yang achieveable.

Semakin diperhatikan dan dipikirkan, perbaikan diri adalah dengan mengatur prioritas hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Parkir "Ngaco" dan Tak Pedulian...(?)

Yeah aku tahu kalau memang parkir mundur itu SULIT apalagi kalau available space for maneuvering  sangat terbatas. Tetapi kenapa -- kalau memang masih ada waktu untuk itu -- tidak melakukan koreksi atas posisi parkir mobil yang kita pergunakan kalau kita sadar itu bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari parkiran nantinya (atau orang lain untuk memasuki tempat parkir di sebelah kita)? Misalnya posisi di atas, seberapa sulitnya untuk sadar bahwa posisi parkir kita itu SANGAT MIRING bahkan sampai memakan space parkir sebelah kita? Serendah itukah kemampuan mengemudimu? Yang terpikirkan olehku adalah dia terburu-buru ( positive thinking ) atau tak pedulian ( negative thinking ). Atau: Apakah SIM A yang kau pergunakan itu diperoleh dengan cara-cara tak pantas atau bahkan ilegal? Mengapa oh mengapa dirimu parkir dengan posisi sedemikian rupa?