Langsung ke konten utama

Mengatur Prioritas Hidup (Part 3)

(Lihat tulisan sebelumnya di sini dan di sini)

Menjadikan diri sendiri sebagai prioritas kadang terlewatkan olehku. Mungkin terlewatkan olehmu juga. Menjadikan diri sendiri prioritas ini maksudnya dengan memperhatikan kebutuhan fisik dan psikis diri sendiri: makan teratur dengan menu yang sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, dan lainnya. Tidak banyak yang sadar bahwa aset paling penting dalam menjalani hidup, terutama di Jakarta yang keras ini, adalah diri sendiri.

Kita bisa saja menganggap hidup tahan banting itu sebagai sebuah badge of honor, sebagai sesuatu yang layak dibanggakan. Padahal kita semua salah bila memperlakukan diri sendiri bagai sansak.

Tubuh dan pikiran memang perlu dilatih dan diberikan ujian tetapi bukan berarti menyiksa diri tanpa ada masa perawatan dan pemulihan, atau bahkan masa memanjakan diri sendiri (secara terbatas tentunya).

Ketika menyusun prioritas hidup, kita membuatkan daftar hal-hal yang tangible untuk diraih: Keluarga. Anak. Rumah. Mobil. Tanah. Pesawat. Yacht. Dan lainnya.

Jangan sampai salah!

Mengatur prioritas dengan menjadikan hal yang terlihat oleh semua orang -- dan bisa dipamerkan -- memang perlu untuk kepuasan diri tetapi ada hal-hal yang tak terlihat dengan mudah jika tak observasi yang sebenarnya juga bisa menjadi prioritas hidup. Berhenti sejenak dan pertimbangkan apa yang sebenarnya penting dalam hidup pribadi. Seperti yang beberapa kali kulakukan: take a break and contemplate.

Meditasi mungkin membantu tapi aku hampir tak pernah melakukannya sejak pernah belajar dulu. Mungkin, belajar meditasi bisa kujadikan prioritas?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...