Langsung ke konten utama

Membaca Buku Di Malam Hari

 Tidak semua orang bisa punya waktu luang sebanyak yang dimiliki segelintir orang lainnya. Kadang aku memang merasakan iri melihat orang yang bisa duduk-duduk saja karena menganggur. Kenapa merasa seperti itu? Karena aku punya banyak sekali buku yang belum dibaca, dan beberapa buku yang ingin kubaca ulang. Tapi tentu saja tidak ada waktu luang yang dibutuhkan untuk melakukannya.


Kondisi terburuk adalah aku sampai pada tahap di mana sudah tak bisa membaca lagi. Mungkin karena rabun dekat yang parah. Mungkin sakit yang membuatku membutuhkan asisten untuk melakukan apapun. Atau mungkin aku meninggal dunia. Bila itu terjadi, apakah semua buku bertumpuk di rak dan lemari itu akan terpaksa dilepas -- dijual murah atau dikilokan -- karena tidak ada ruang simpan atau merepotkan atau tidak ada yang merasakan manfaatnya.


Itulah, sebenarnya keraguanku. Aku berada di dalam lingkungan yang mana membaca buku itu adalah aktivitas yang tidak umum dan jarang pelakunya. Sedih juga mengalami keadaan hampir soliter karena berada dalam lingkungan yang punya kebiasaan berbeda berarti lingkungannya juga agak tidak kondusif untuk bisa membaca buku dengan baik dan menikmatinya.


Yang kulakukan saat ini adalah meluangkan waktu untuk dapat membaca buku, meskipun itu dilakukan di malam hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Make Some Free Time For Yourself

Here I am, wondering how can I make some free time for myself so I can start doing some coding on the side. Yes, I decided that I might  need new ability, that is to code something. A computer program, if I may. Why? Because this is a new era where data matters. I have to be able to at least know some programming stuff, expanding (or taking up) from where I left a few years ago. Like when I started with Pascal. Then some Basic. Then move to Fortran. Never get my hands on C. What language now I will study? Either Phyton, or R. Whichever have the most free accessible library for me to study. Back to the title: how do I make some free time? I know I can, just have to find which part of my habit to kick out. Let's do this!

"Persistent, With Smile"

Itulah motto yang harus kupegang dalam menjalankan tugas sekarang ini. Maksud dari "Persistent, With Smile" adalah bahwa aku tetap ngotot mencapai tujuan tugas/ kerja tanpa melupakan untuk terus tersenyum. Terdengar lebih mudah daripada kenyataannya karena saat mendapati hasilnya tak sebanding dengan upaya yang dikeluarkan, bisa jadi terasa pesimis, frustrasi, atau bahkan putus asa dan menjadi apatis! Ini tentu tidak baik dan tidak sehat. Untuk tetap bisa tersenyum dalam arti senyum yang sebenarnya, bukan senyum palsu yang dipaksakan, aku tentu akan mencoba mencari alasan yang pas. Tentu untuk bisa tersenyum dengan tulus dan punya makna, aku sedang ingin tersenyum. Yang kulakukan kemudian adalah menemukan hal-hal yang membuatku bisa tersenyum! Pencapaian kecil, lelucon pribadi, hal menyenangkan yang bisa kunikmati sendiri atau dibagi dengan orang lain. Tetap berusaha keras dengan memikirkan cara dan solusi terbaik, alternatif yang wajar, jalan keluar dari masalah,...

Sepeda Motor Di Jalur Cepat

Bisa dibilang, pepatah "Hukum Tidak Berlaku Bagi Yang Membuatnya" bisa diterapkan di Indonesia. Memang, dengan tidak seratus persen benar karena polisi tidak membuat sendiri begitu saja hukum berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi sebagai otoritas yang berwenang menegakkan peraturan lalu-lintas, pelanggaran yang mereka sendiri lakukan terasa menjengkelkan dan menunjukkan seberapa baik kualitas sumber daya manusia yang menjadi petugas polisi. Mau Nyelip Tapi Gak Muat. Misalnya pada suatu hari sebelum mulai cuti bersama Idul Fitri tahun 2011 ini. Macetnya jalanan di Jakarta (sepertinya) makin meningkat! Mantapnya menyengsarakan! Aku tak habis pikir bagaimana bisa pemerintah kita ini seperti tak melakukan apa-apa dan tak bisa proyeksi pertumbuhan kendaraan pribadi di jalanan! Atau barangkali ada motif tertentu? Entahlah. Tapi, kembali ke topik: