Seperti semua orang lainnya di muka bumi ini, orang yang normal, sehat jasmani dan rohani, tentu ingin hidup seperti yang seharusnya mereka jalani. Hidup yang seperti idealnya mereka. Cukup atau berlebih, sejahtera atau kaya raya, banyak teman atau dibiarkan sendirian, entah apapun itu, pastilah keinginan itu ada. Tentu tak ada yang salah dengan keinginan itu karena seharusnya hidup itu ada "alur"-nya, ada "pakem"-nya, ada "aturan"-nya.
Seharusnya hidup itu ya seperti itu.
Maksudku, kalau tidak diatur orang lain, ya hidupmu itu mestinya diatur oleh dirimu sendiri, agar hidup itu punya arti, makna, manfaat, dan tidak menghabiskan sumber daya di bumi ini sia-sia.
Bayangkan saja kalau ada satu milyar manusia yang menjalani hidup dengan prinsip mengalir begitu saja -- yang ternyata, sialnya -- dan ketika tiba di muara (ini kan perumpaan yang menyamakan dengan air sungai bermuara ke laut, bedanya muara kehidupan ini sepertinya lebih pas diartikan sebagai ajal alias maut), ternyata tak ada artinya. Ya, berlalu begitu saja.
Hidup yang seharusnya ya tidak seperti itu.
Tapi kalau ada harus begini dan harus begitu, bukannya hidup itu jadi terasa terkungkung banyak batasan?
Dan bukannya standar "harus begini" dan "harus begitu"-nya tiap orang itu berbeda-beda?
Komentar
Posting Komentar