Langsung ke konten utama

Kembali Ke "Habit" Lama : Inkonsisten

Apakah memang wajar kita berbicara apa adanya? Tidak? Kenapa?

Sepertinya aku harus lebih menjaga lisan -- dan tulisan dalam grup pesan singkat di ponsel pintar.

Singkatnya, aku tak punya emotional intelligence dan social skill yang cukup sehingga awareness dan latihan personal perlu ditingkatkan lagi.

Selain itu, disiplin untuk bisa konsisten dalam bersikap dan berperilaku. Kebiasaanku yang bertingkah tak konsisten memang akan membuat bawahan bingung atau salah melakukan sesuatu. Jangan pula sampai aku menyalahkan orang lain yang menebak-nebak apa yang aku mau lalu melakukan suatu tindakan yang berujung pada ketidakoptimalan pekerjaan atau business flow yang ada.

Tanpa memberikan direction dan instruction yang jelas, plin-plan, membiarkan orang lain bekerja? Bila hasilnya baik, mengambil semua pujian yang datang, bila hasilnya buruk, menyalahkan tindakan bawahan dan mengelak tanggung jawab?

Well, at least being consistent in that opportunistic boss is predictable instead of being inconsistent as what I usually fall back to: flip-flopping.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...