Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Sesuatu Yang Remeh Dan Receh

Ingin membuat sesuatu yang remeh namun menyenangkan. Tidak rumit sehingga tidak perlu mengalokasikan waktu banyak untuk hal ini. Sederhana dan receh. Tetapi ini tentu butuh kemampuan berpikir dan kreativitas yang telah dilatih dan diasah dalam waktu lama. Jadi, bagaimana mau memulainya? Seperti apa tindakan yang perlu dilakukan untuk memuaskan keinginanku ini? Tidak ada hal yang cukup jelas -- semuanya samar dan tak utuh -- sehingga sulit menjadi sebuah gambaran dalam kepala. Sama seperti ketika aku melakukan kesalahan memesan barang pada saat kantor akan libur sehingga aku pikir tak lama lagi aku harus sibuk mencari barang yang dikirim tapi tidak sampai tersebut. Betapa tololnya.

Compound Interest, In Self-Study (Part 2)

Let's continue this topic (previous one here ) but keep it brief this time. Adding just one hour each day (or session but keep it regular enough) would be suffice for basic part. You can start from one Introduction session, provided you keep enough concentration, time, effort, money needed to be totally immersed in the one-hour self-study. This thing can only be done by yourself. You may asked for your friends/ families/ relatives/ colleagues for support but everything is just you . Make it or break it, it's all you. So as you added more information, knowledge on top of one another, reinforced it in your memory using adequate and suitable method, you'll gain interest  as your progress get much smoother. Before you know it, you'd be doing some stuffs that you don't imagine ever did a few weeks back. You'll just have to keep the discipline and commit yourself to self-study.

Compound Interest, In Savings

A few days ago I wrote here about compound interest in studying,especially while doing self-study. The word I was looking for was right there: commitment. I lack the commitment to do everything I can to improve myself. I know this is a HUGE problem but I just can't do other thing that I really need. Now about compound interest, I'm sure you can easily find anything and everything about this topic in the internet, particularly related to economic and financial website, be it articles, blogs, vlog, books (e- or physical), etc. I have to help myself by burying my head + mind + energy + focus to this improvement plan. Read, study, execute, evaluate result, revise, repeat. Because after doing improvement steps needed, I would experience the compounding interest effect that I needed. So how about the saving money topic? Yes, it's easy to understand, provided you know your math.

Compound Interest, In Self-Study (Part 1)

 So after reading and learning about a lot of things online, in Twitter, YouTube videos, internet articles and opinion, I realized that I am solely responsible to start doing this personal upgrade activities: self-study, adequate good quality sleep, eating healthy, physical exercises, and commitment to spouse. It seemed like a lot of thing and I could be easily overwhelmed by the feelings when there are too many new materials to study. The obstacle to my self-study intention is my discipline and commitment and consentration can easly faltered by any distraction. Like when I paused the "Introductory to R" video in YouTube because I felt sleepy. Instead of resting my head for a few minutes, I decided to open my web browser and write this post. I'm unable to just let go and relax. Not good at all. I will talk about this "compound interest in self-study" in next post. I can't fend off sleep...

Mengulang Bertanya Kepada Diri Sendiri

Sebelumnya pernah kutulis di sini tentang pertanyaan yang diajukan ke diri sendiri sebagai bentuk keraguan dan rasa tak percaya diri. Sebentuk evaluasi diri dan upaya meningkatkan rasa percaya diri. Jadi semuanya karena pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan memuaskan, sejauh dan sedalam apapun pertanyaan ini diarahkan. Mungkin karena aku tak punya teman yang bisa diajak berdiskusi dalam hal ini tentang jatidiri.

Tidak Mudah Untuk Jadi Disiplin

Dalam menjalani proses kehidupan dan menyadari ada banyak hal yang perlu diperbaiki, kulakukan rencana dan target pencapaian personal yang akan dievaluasi secara berkala. Semua ini karena aku paham bahwa hanya akulah yang bisa kuharapkan untuk menyelamatkan diri sendiri dari hidup masa tua yang kondisinya menyedihkan. Jadi tentu saja semua rencana dimulai dari angan-angan dan imajinasi, dianalisis dengan pragmatis dan dihadapkan pada realitas keterbatasan pribadi. Semua rencana yang disusun itu perlu diperhatikan dan diingat bahwa tak akan berhasil tercapai bila tidak disiplin dalam bekerja dan berkomitmen. Jadi semua yang diharapkan bisa dicapai itu sudah dibuat serealistis mungkin tetapi tentu saja kebiasaan lama yaitu sikap yang tak bisa disiplin inilah yang membuatku tak bisa mencapai bahkan seperempat dari target personal yang dibuatkan itu. Masalahnya sederhana, ada terlalu banyak hal/barang/peristiwa yang mengalihkan perhatian dan menyita waktu serta perhatian. Bayangkan, ak

Merambah dan Memperluas

Dalam menghadapi kemungkinan perubahan dunia, perlu beradaptasi untuk tetap dapat sejahtera. Tentu saja dengan kemampuan membaca dan memprediksi masa depan, skema rencana adaptasi bisa efisien dalam pelaksanaannya. Maka yang kulakukan adalah lebih dulu merambah bidang lain dengan maksud memperluas perspektif atas apa yang terjadi pada dunia ini. Membaca buku bisa dan masih menjadi salah satu cara termurah dan termudah untuk dilakukan. Kuakui bahwa kebiasaan membaca buku sudah agak lama ditinggalkan sehingga kemampuan berkonsentrasi dalam waktu lama sudah menurun. Kemampuan memahami isi dan topik bacaan yang lebih panjang dari dua paragraf juga sudah hampir menghilang. Nah ini tetap harus dilakukan karena seperti otot tubuh, otot otak juga harus dilatih dan "dipaksa" bekerja agar terbiasa menghadapi beban tersebut. Untuk cara lain yang kulakukan dalam rangka merambah dan memperluas area ini akan dibahas pada tulisan lainnya.

Mengikuti Zaman: Menjadi Acuh Dengan Pekerjaan

Dengan mudahnya aku jatuh ke dalam godaan  untuk bersikap sama seperti mayoritas kolega di kantor: bersikap acuh dengan pekerjaan. Maksudnya, bila memang waktunya pulang, ya pulang. Terdengar bagus, memang. Tapi jam kerja selama delapan jam itu? Tidak dipenuhi. Misalkan begini, masuk kerja pukul 08:30 pagi. Istirahat siang 12:00-13:00. Pulang pukul 17:30. Yang terjadi adalah: Absensi sebelum 08:30 pagi. Tiba di meja, menyalakan komputer dan membuka program email. Lalu kunci layar dan turun ke warung di belakang atau di bawah selama antara 45 menit sampai satu jam. Pukul 11:30 sudah pergi istirahat dan makan siang, balik lagi ke kantor dan mulai bekerja sekitar 13:30. Pulang pukul 17:30. Itu pun selama jam kerja yang sudah terpotong-potong itu, diisi dengan ngobrol baik secara lagsung maupun lewat program chatting  di handphone. Atau seakan konsentrasi menatap layar komputer / laptop  tetapi sebenarnya sedang menonton video streaming dari detikcom (soalnya YouTube diblok