Langsung ke konten utama

Mengikuti Zaman: Menjadi Acuh Dengan Pekerjaan

Dengan mudahnya aku jatuh ke dalam godaan untuk bersikap sama seperti mayoritas kolega di kantor: bersikap acuh dengan pekerjaan.

Maksudnya, bila memang waktunya pulang, ya pulang. Terdengar bagus, memang.

Tapi jam kerja selama delapan jam itu? Tidak dipenuhi.

Misalkan begini, masuk kerja pukul 08:30 pagi. Istirahat siang 12:00-13:00. Pulang pukul 17:30.

Yang terjadi adalah:

Absensi sebelum 08:30 pagi. Tiba di meja, menyalakan komputer dan membuka program email. Lalu kunci layar dan turun ke warung di belakang atau di bawah selama antara 45 menit sampai satu jam.

Pukul 11:30 sudah pergi istirahat dan makan siang, balik lagi ke kantor dan mulai bekerja sekitar 13:30.

Pulang pukul 17:30.

Itu pun selama jam kerja yang sudah terpotong-potong itu, diisi dengan ngobrol baik secara lagsung maupun lewat program chatting di handphone. Atau seakan konsentrasi menatap layar komputer / laptop tetapi sebenarnya sedang menonton video streaming dari detikcom (soalnya YouTube diblokir IT kantor karena memakan bandwidth banyak).

Aku juga bisa menjadi acuh dengan pekerjaan tetapi tetap terlihat sibuk. Akan aku coba saja ikuti mayoritas orang-orang. Dengan demikian tak menjadi mencolok dan malah menimbulkan kesenjangan sosial atau kesendirian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Pameran 200 Tahun Raden Saleh

Billboard Pameran Raden Saleh di Parkiran Museum Nasional

Parkir "Ngaco" dan Tak Pedulian...(?)

Yeah aku tahu kalau memang parkir mundur itu SULIT apalagi kalau available space for maneuvering  sangat terbatas. Tetapi kenapa -- kalau memang masih ada waktu untuk itu -- tidak melakukan koreksi atas posisi parkir mobil yang kita pergunakan kalau kita sadar itu bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari parkiran nantinya (atau orang lain untuk memasuki tempat parkir di sebelah kita)? Misalnya posisi di atas, seberapa sulitnya untuk sadar bahwa posisi parkir kita itu SANGAT MIRING bahkan sampai memakan space parkir sebelah kita? Serendah itukah kemampuan mengemudimu? Yang terpikirkan olehku adalah dia terburu-buru ( positive thinking ) atau tak pedulian ( negative thinking ). Atau: Apakah SIM A yang kau pergunakan itu diperoleh dengan cara-cara tak pantas atau bahkan ilegal? Mengapa oh mengapa dirimu parkir dengan posisi sedemikian rupa?