Langsung ke konten utama

Melanjutkan Pertanyaan Pada Diri Sendiri

Sebenarnya aku sudah malas untuk menuliskan apapun di sini tetapi aku sadar kalau aku harus, sekedar sebagai pengingat yang bisa dikunjungi lagi di kemudian hari. Mungkin sepuluh tahun lagi.

Ini juga dengan anggapan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan platform ini masih dipelihara dan didukung oleh Google. Atau oleh Alphabet, sebagai perusahaan induk.

Menganggap semua ini masih ada dalam bentuk tulisan di dunia maya yang masih bisa diakses diriku -- dan orang lain karena aku biarkan dalam kondisi terbuka -- semacam khayalan dan harapan. Belum tentu terjadi tapi membayangkan menyimpan buku catatan di dalam peti atau laci di dalam kamar? Lebih menyusahkan lagi! Setidaknya untuk saat ini tidak ada yang mengecek historical browser-ku.

Bahkan aku menuliskan semua ini hampir-hampir anonim karena tak ada yang mencari tahu sampai sedetil itu.

Atau ada yang membaca tulisan ini?

Kalau melihat metrik di dashboard, jawabannya sih: tak ada yang datang ke sini. Aku seperti menyampah di dalam ruang besar yang ramai tetapi tak ada yang menemukan aku karena semuanya tertutupi segala macam konten yang lebih besar dan lebih mudah ditemukan.

Bayangkan, aku menjadi anonim, tidak dikenal, karena ada begitu banyak orang lain dalam ruangan yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bugging Me

Look, I am not a person that you might call "grammar Nazi" but CMIIW, shouldn't this ad be corrected? Is it or is it not the correct word should be " SMOOTHER "?

Perbandingan Gado-Gado

Sebelumnya minta maaf tak ada foto karena beberapa alasan. Baiklah, begini ceritanya: Tadi siang akhirnya aku membeli lagi gado-gado dari langgananku yang biasa mangkal di dekat sebuah rumah sakit. Sudah lama sekali tak makan di sini karena beberapa kali aku datang selalu saja sudah habis. Cukup laris memang, apalagi mengingat biasanya dia mulai berjualan pukul 10:00 pagi dan pada 12:30 biasanya dagangannya sudah habis. Seporsi gado-gado buatannya bisa didapat seharga 5.500 rupiah. Sebenarnya di dekat kantor ada cabang restoran gado-gado terkemuka di Jakarta. Saking dekatnya, tak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai di restoran ini. Setahuku banyak juga orang yang datang ke sini untuk makan gado-gadonya. Lebih dekat ke restoran ini daripada ke penjual gado-gado langgananku itu. Tapi sampai sekarang aku belum pernah makan gado-gado restoran ini. Alasannya sederhana. Seporsi gado-gado restoran dihargai tak kurang dari 15 ribu rupiah. Ukuran porsi aku tak tahu tetapi bi...

Sepeda Motor Di Jalur Cepat

Bisa dibilang, pepatah "Hukum Tidak Berlaku Bagi Yang Membuatnya" bisa diterapkan di Indonesia. Memang, dengan tidak seratus persen benar karena polisi tidak membuat sendiri begitu saja hukum berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi sebagai otoritas yang berwenang menegakkan peraturan lalu-lintas, pelanggaran yang mereka sendiri lakukan terasa menjengkelkan dan menunjukkan seberapa baik kualitas sumber daya manusia yang menjadi petugas polisi. Mau Nyelip Tapi Gak Muat. Misalnya pada suatu hari sebelum mulai cuti bersama Idul Fitri tahun 2011 ini. Macetnya jalanan di Jakarta (sepertinya) makin meningkat! Mantapnya menyengsarakan! Aku tak habis pikir bagaimana bisa pemerintah kita ini seperti tak melakukan apa-apa dan tak bisa proyeksi pertumbuhan kendaraan pribadi di jalanan! Atau barangkali ada motif tertentu? Entahlah. Tapi, kembali ke topik: