Langsung ke konten utama

Ini Semua Hanyalah Fashion

Yup, judul kali ini adalah kutipan darisebuah lagu dari sebuah band terkemuka sejagad raya: KOIL.


Sepotong kalimat itu terlintas di kepala saat melihat pemuda ini di dalam bis memakai headphone besar yang tak jelas apa keunggulannya. Maksudku, dengan plastik sebanyak itu apakah memang nyaman digunakan di kepala dan kualitas reproduksi suaranya mengagumkan? Aku tak yakin. Kurasa headphone sejenis hanya seperti hiasan yang cocoknya menjadi penghangat telinga saja.

Kualitas reproduksi suara, mungkin aku terlalu rewel. Kurasa aku saja yang ngotot meng-convert koleksi CD pribadi untuk pemakaian sendiri ke dalam format MP3 dengan bitrate 132 kbps. Maksudku, aku memutarnya di laptop menggunakan earphone Panasonic kecil, bukankah bitrate yang lebih rendah (dan ukuran file yang lebih kecil) sudah memadai?

Yeah, kurasa karena Ini Semua Hanyalah Fashion, ketika pemuda itu menerjemahkan fashion dengan menggunakan headphone besar, aku menerjemahkan "gaya" sebagai bitrate yang lebih tinggi -- meski sadar bahwa dengan bitrate yang lebih rendah, telingaku takkan bisa membedakan kualitasnya. Ha ha ha...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Make Some Free Time For Yourself

Here I am, wondering how can I make some free time for myself so I can start doing some coding on the side. Yes, I decided that I might  need new ability, that is to code something. A computer program, if I may. Why? Because this is a new era where data matters. I have to be able to at least know some programming stuff, expanding (or taking up) from where I left a few years ago. Like when I started with Pascal. Then some Basic. Then move to Fortran. Never get my hands on C. What language now I will study? Either Phyton, or R. Whichever have the most free accessible library for me to study. Back to the title: how do I make some free time? I know I can, just have to find which part of my habit to kick out. Let's do this!

"Persistent, With Smile"

Itulah motto yang harus kupegang dalam menjalankan tugas sekarang ini. Maksud dari "Persistent, With Smile" adalah bahwa aku tetap ngotot mencapai tujuan tugas/ kerja tanpa melupakan untuk terus tersenyum. Terdengar lebih mudah daripada kenyataannya karena saat mendapati hasilnya tak sebanding dengan upaya yang dikeluarkan, bisa jadi terasa pesimis, frustrasi, atau bahkan putus asa dan menjadi apatis! Ini tentu tidak baik dan tidak sehat. Untuk tetap bisa tersenyum dalam arti senyum yang sebenarnya, bukan senyum palsu yang dipaksakan, aku tentu akan mencoba mencari alasan yang pas. Tentu untuk bisa tersenyum dengan tulus dan punya makna, aku sedang ingin tersenyum. Yang kulakukan kemudian adalah menemukan hal-hal yang membuatku bisa tersenyum! Pencapaian kecil, lelucon pribadi, hal menyenangkan yang bisa kunikmati sendiri atau dibagi dengan orang lain. Tetap berusaha keras dengan memikirkan cara dan solusi terbaik, alternatif yang wajar, jalan keluar dari masalah,...

Sepeda Motor Di Jalur Cepat

Bisa dibilang, pepatah "Hukum Tidak Berlaku Bagi Yang Membuatnya" bisa diterapkan di Indonesia. Memang, dengan tidak seratus persen benar karena polisi tidak membuat sendiri begitu saja hukum berlalu-lintas di jalan raya. Tetapi sebagai otoritas yang berwenang menegakkan peraturan lalu-lintas, pelanggaran yang mereka sendiri lakukan terasa menjengkelkan dan menunjukkan seberapa baik kualitas sumber daya manusia yang menjadi petugas polisi. Mau Nyelip Tapi Gak Muat. Misalnya pada suatu hari sebelum mulai cuti bersama Idul Fitri tahun 2011 ini. Macetnya jalanan di Jakarta (sepertinya) makin meningkat! Mantapnya menyengsarakan! Aku tak habis pikir bagaimana bisa pemerintah kita ini seperti tak melakukan apa-apa dan tak bisa proyeksi pertumbuhan kendaraan pribadi di jalanan! Atau barangkali ada motif tertentu? Entahlah. Tapi, kembali ke topik: