Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Jujur Itu Tak Mudah

Tak ada yang bilang bahwa hidup akan lebih mudah bila dijalani dengan jujur. Soalnya ada banyak hal yang membuat seseorang tidak berlaku jujur. Misalnya ketika seorang pria ditanyakan oleh pasangannya, "Apakah aku bertambah gemuk?" Selain itu dalam pergaulan sehari-hari, saat berkata jujur malah akan berakibat dianggap tidak sopan oleh si penanya atau pihak yang mendengar percakapan tersebut. Alih-alih bicara apa adanya, seseorang malah menggunakan eufemisme untuk menutupi jawaban sebenarnya, hanya agar si penanya tidak tersinggung. Yang lebih besar lagi skala tidak jujurnya adalah menggunakan berbagai dalih untuk menutupi tindakan asli yang sebenarnya bisa saja dikategorikan tercela atau setidaknya, tidak etis. Dalam spektrum yang berbeda, tindakannya termasuk ilegal. Misalnya seorang pemimpin organisasi berlabel agama yang tak bisa membayar cicilan kredit kendaraan bermotor, yang ketika debt collector datang untuk menyita kendaraan, malah dihadapi dengan ancaman bahwa mod

Live With Your Own Hands

You have hands, two of them. Why not create something that you can appreciate? You are able-bodied young man, why not build something tangible and would last? Why spend so many times in front of computer, doing things for big companies, making/processing/analyzing datas that in one or two months from now, no one will use anymore? Why spend minimum twelve hours in an office and most of the time you would come home with nothing to be proud of, nothing to be showed to? Where's dignity in that? Self-respect? Where's the satisfaction? I know this current project is not easy. It's complex and is high stake for a lot of people. And with that came the clases, issues, bickerings and stress. But you got to kjow your capacity, your depth of character, your ingenious way of solving problems, seeing opportunities, and act upon them. You push yourself hard to achieve any and all target that were set upon you on daily, weekly, monthly, basis. You take them all and work real hard bec

Pelupa Atau Sudah Pikun?

Aku kehilangan blog awalku. Dulu sekali, zaman yang namanya friendster pernah berjaya, aku cukup rajin menulis di blog section -nya. Segala hal kutulis di situ, dari yang umum, sentilan ke orang-orang yang tak kusebutkan namanya, bahkan sampai curahan perasaanku yang kalau dipikir sekarang, bersifat SANGAT pribadi. I don't know what was I thinking at that time to upload such stories that all people can read about! Mungkin namanya awal zaman social network  baru mulai, masih dalam tahap mencoba, tak terpikirkan untuk membuat alternative account  yang cenderung anonim kalau mau menuliskan hal-hal yang kalau dibaca sekarang mungkin akan memalukan. Tetapi aku harus akui bahwa semua itu bagian dari perkembanganku dalam berinteraksi di dunia nyata, dunia maya, dan perkenalan dengan media sosial : apa yang boleh, tak boleh, atau pantas untuk dibagikan ke orang lain. Hell, a lot of people learning at that time how to deal with social media and its dynamics.  Peraturan bersosialisasi be

Should I Be Worry?

I have thought that being in-between jobs would be interesting enough because I would then have time to do what I wanted, personal projects and pursuing hobby. But then I read about dire condition in the Europe and United States, about young people being jobless or must take underpaying work just to get barely independent. Some are even moving back to their parents' house or living rent free with their friends. People with higher education degree compete for jobs that were previously offered to immigrants who would accept lower salary. Here I thought that it would be always sunshine and happy yet I know in some corner of my mind that that wouldn't be so. Should I be worry? Of course I should. The more time I spent being unemployed, the more chance that I wouldn't get a follow up for job interview after sending out my resume. Even more risk because I lived in Indonesia, where competition is actually fierce and employers can be very picky because there's more peop

Bantuan Untuk Menjadi Dewasa?

Ada yang pernah bilang kepadaku bahwa bila tak bisa mengontrol emosi, misalnya saat menghadapi orang yang menyinggung perasaan kita, tanda bahwa aku belum dewasa. Seorang yang telah dewasa, sewajarnya bisa bertindak tepat sesuai situasi, dapat mengontrol emosi, terlebih lagi bila ekspresi yang akan dikeluarkan ke orang yang dihadapi, berpotensi merugikan diri sendiri. Sulit, memang, jadi dewasa. Sampai sekarangpun aku masih banyak belajar mengelola emosi dan seringnya, amarah. Apakah ada tempat berlatih yang sesuai untuk kebutuhan ini? Soalnya aku sadar bahwa seringkali ungkapan perasaan yang spontan kukeluarkan, berujung pada penyesalan diri sendiri. I shouldn't do that. Seperti itulah yang kupikirkan setelah ditinggal sendiri dengan pikiranku. Biasanya aku analisis peristiwa yang terjadi, apa reaksi lawan bicaraku, apa reaksiku, dan apa yang sebenarnya bisa kulakukan agar hasil akhirnya menguntungkan diriku dan syukur-syukur, juga menguntungkan lawan bicara itu. Memang

Menulis Buku Seperti Orang Lainnya.

Baru saja menyelesaikan buku karya Soleh Solihun yang berjudul Kastana Taklukkan Jakarta . Seperti biasanya, membaca buku karya penulis Indonesia, memicu pertanyaan dalam hati. Kali ini adalah rasa iri yang sulit ditahan karena pertanyaan: "Kenapa buku seperti ini bisa diselesaikan penulisnya sehingga kemudian diterbitkan?" Aku tahu Soleh tentu saja termasuk orang yang cukup menarik sehingga -- hei, kenapa tidak menerbitkan kisah tentang dirinya? Mungkin akan menarik dan akan ada banyak orang yang bisa relate their own life with his. Misal soal anak Bandung yang setelah menyelesaikan kuliah kemudian merantau ke Jakarta untuk bekerja. Tentang menjadi wartawan dan mendirikan media. Tentang menjadi komik dan bersuara tentang kondisi pekerjaan dan atasan yang kurang adil/bijaksana. Tentang... Sepertinya melantur karena buku itu menurutku tidak dimaksudkan sekompleks seperti yang aku pikirkan. Anyway , sekarang yang perlu kulakukan adalah mengerahkan segala daya up

Focus On What's More Important: My Life and My Surroundings

Let's just say that I suffered from a form of modern day ailment: Social Media Fatigue. I spent so much time checking and share update on many social medias that I subscribe to, I have almost no time or energy for anything else. I barely keep up with this blog or any other blog that I have, no new Flickr update, Tumblr post down to almost none, and such. Even my tweets are no longer funny, smart, or entertaining. I even lose my ability to laugh at myself, all I want to do is "outshare" everybody else on such and such social media accounts. And one most time, energy, and mind consuming social media of all? Path.

Kenapa Tidak Mencari Kesibukan Lain?

Misalkan saja bahwa aku benar-benar sibuk sampai tak ada energi untuk kegiatan lainnya. Tentu saja ini adalah kabar buruk karena variasi dalam rutinitas itu perlu agar tidak bosan atau mematikan kreativitas. Ini berarti aku menjadikan diriku sendiri sebuah robot yang hanya melakukan perintah atasan dan mengikuti jadwal yang diberikan kantor atau markas besar. Hal yang secara profesional memang harus dilakukan tetapi berpotensi mematikan kemampuanku untuk berpikir kreatif. Jadi yang perlu aku lakukan adalah mencari kesibukan lainnya. Tapi apa?

I Want A Pet! But Can't...

Dorm Mate's Puppy Being in this line of work, I cannot get what I want, that is, to own a puppy. Or any pet at all. You know, being working long hours and the probability of have to relocate on a moment's notice. So I do what I can do, which is to play with someone's puppy. At least that lessen my need to some degree.

Semua Orang Punya Mimpi

Setiap dari kita punya mimpi tentang apa yang ingin kita dapatkan, apa yang masih ingin kita raih, tentang orang yang kita cintai, tempat yang kita tuju, kondisi yang kita mau. Tapi banyak orang hanya terbatas pada kegiatan itu saja: bermimpi . Aku sadar hal ini juga terjadi padaku dan ini membuatku merasa gelisah. Rasanya sangat mengganggu bahwa ada banyak materi dan status yang masih belum aku dapatkan dan aku raih. Ada banyak hal yang belum kukerjakan. Ada banyak tempat yang belum aku kunjungi. Papercraft Robot Bila hidup adalah perjalanan dan waktu adalah seperti aliran sungai, aku yakin perjalananku masih panjang dan sungaiku masih belum tercemar. Aku tahu belum seluruh potensi aku keluarkan. Hidupku belum usai. Masih banyak mimpiku yang belum terwujud. Bahkan, benar-benar mulai saja, belum...

Don't Deviate From Your Own Path For Too Long

You and I, we all have life of our own, each with its path. You might know what's yours but I am still in the process of figuring that out. What I need is mentor(s) and reasonable friends who'd understand that I might need more help from them than anything I can offer them at all. Well, maybe I won't be able to repay any of them adequately but don't worry, I'd pay forward. In the mean time, please don't deviate from your own path. But if you ever do, don't be lost for too long because you might not be able to go back on track and that could be unhealthy, unprosperous, dangerous, or even lethal. Fun With Friends! If there come the time when you want to try something else that was new or novel, just do it since there might be no other time or second chances. So later in life, you might have more stories to tell than I do. Telling people stories about what happened is much more interesting that telling them about "what if", right?

Learn And Unlearn

What I need right now is to learn new things or dig deeper for some of the topics I already know but only on the surface. To be more knowledgeable would benefit me. But I can lost focus easily which would make my learning process hard. And then I must unlearn some things that useless or not really useful for next five years. I can only depend on myself, right?

This Saturday Morning

Sometimes, like on this Saturday morning, I log on to company's network and reply emails. Even compiled and sent report for everyone involved in my part of work. Why would I do that? I don't know. This is not the usual me. But since I don't feel any obligation to do that work, I'm fine with it.

Berbeda.

Melakukan perjalanan sehari-hari menggunakan angkutan umum membuatku sadar bahwa kita berbeda. Menurutku, aku sepantasnya bersyukur atas apa yang aku peroleh. Dari mengamati sekitar, aku diingatkan bahwa masih ada banyak orang yang taraf ekonominya lebih rendah, tapi bisa terlihat hidup lebih berbahagia. Misalnya si supir angkot tadi. Dia terlihat sangat senang bisa bawa pulang tiga puluh ribu rupiah pada hari ini. Aku? Bawa pulang sepuluh kali lipatnya pun, belum tentu bisa tersenyum. Sangat berbeda. Jauh. Mungkin hidupku terlalu serius dan aku sering melihat gelas yang setengah kosong.

New Challenge!

Okay ! Now that it's official, I've been declared by my manager as the new Project Controller in MEGA 2 project that (informally) will be launched next week! That means I would be doing more work and my bosses will depend on me to supply them with the gist of roll-out progress. Of course I'm afraid that I would screwed up on this. But I think that feeling is normal whenever anyone get assigned to a new role that one never request. I don't know how my boss pick me for this role. Was it because I seemed to be able to answer some question faster than anybody else? Was it because of my attitude? Or how I dressed and interact in meeting with customers? Or was it because no one else will take the role? I will found out as time goes by and I took on the new role. This is a challenge and I hope I can do it!

Here Is To The Night

Now I know that dance music is not going to go away. So here is to the night, in which I wish I have you here with me.

Same Hobby? Might Be Able To Collaborate!

So I found out that this guy, Rifky, actually have the same hobby but different interest. Rifki It's okay, I think. I just adapt and accomodate his interest. He want street photography. I want stage photography. Maybe next time we can go hunting stage photos together but right now, street is okay. We went to Pasar Simpang Dago on a Saturday morning.

Urbanears. Black.

Details. Brand.

Full Moon Danger - Two

(read Full Moon Danger - One, here ) I guess you don't understand that living with a creature that supposed to be a myth, would be just... Normal. I had a lot of friends before I met her and then everything seemed just natural, which mean that she became my only companion. I didn't know whether it was I who just fell and disappear from my social circle or was it that my friends and colleagues gradually put distance from me. Either way, I don't care much right now because she is the most important part of my present  life right now. Almost Full Moon Again Okay, there were times when it would be very dangerous to be together, especially on nights like this, but the feeling of living life to the fullest, with her, is like a drug and I am an insatiable junkie. Wow, now I does sound stupid. Our life is normal, most of the time. She is the happiest when we were together, I know that by just seeing her eyes, listen to her words, smelling the scent of her body, savori

Kenapa Tidak Kutunjukkan Saja?

Aku jadi heran dengan apa yang aku lakukan dengan seakan-akan menyembunyikan hobiku selama ini. Sejak bergabung dengan company yang sekarang, aku seperti orang yang tak punya aktivitas lainnya di luar kantor. Aku bertingkah laku bagaikan orang g tak punya hal menarik dalam kehidupan pribadi yang bisa kuceritakan atau kubagi. Memang tentu saja aku tak berminat berbagi kehidupan pribadiku dengan semua orang. Itu bodoh. Tapi seharusnya ada hal yang menarik yang lebih baik didiskusikan dibanding dengan membicarakan orang lain atau bahwa orang begitu kerja seharusnya langsung menikah dan punya anak. Sebaiknya arah tulisan yang ini kuhentikan karena sepantasnya punya judul sendiri.

Keluar Dan Buatlah Kisahmu Sendiri

Daripada hidup mengikuti rencana dan skenario orang lain, kenapa tidak pergi keluar sana, jalani hidup dengan tangan terbuka yang siap menampung apapun yang terjadi, dan buat kisahmu sendiri? Aku hidup pertama-tama untuk diri sendiri. Lalu aku hidup untuk orang-orang terdekatku. Itulah urutannya. Dan karena aku butuh orang-orang terdekat untuk bisa tetap menjalani hidup, aku akan menggabungkan hidup kami menjadi kesatuan prioritas dengan variasi dan kombinasi yang berubah sesuai dengan berjalannya waktu.  Formulasi di atas rasanya masih belum tepat secara matematis tapi mungkin dengan pencarian lebih lanjut aku akan berhasil merumuskan ulang secara dengan sederhana dan elegan. Sesuatu yang akan membuatku tersenyum bersama mereka, nanti. Biarkan aku pergi mencari dan mungkinkan aku menuliskan kisahku -- biarpun pembacanya hanyalah aku sendiri.

Shame

Many times I feel ashamed of not being able to contribute more to the society. Not giving back when I have so many. Not that I don't want to, because I really do. I just don't know where to channel my abundance or surplus without someone else pilfered it for own personal gain. I distrust the nature of many people because I've seen so many charities misdirected or being used not for the initial purpose. It's like many people now seemed entitled to take some part of the money (or stuffs) that they supposed to use for benefit of community and unashamedly confiscate and use personally. And this type of behaviour is making myself sick.

Tidak Tahu? Sama!

Menjadi karyawan sebuah perusahaan penyedia perangkat telekomunikasi dan jasa pemeliharaannya, membuatku bertanya pada diri sendiri: "Inikah yang kucari? Inikah posisi yang tepat dalam hidupku?" Dan yang lebih penting lagi: "Apakah aku puas dengan pencapaian selama ini?" Jawaban yang bisa kuberikan adalah: "Rasanya bukan. Sepertinya tidak." Dan, "Belum!" Aku masih mencari posisi dan peranku dalam hidup, apa yang bisa kuberikan pada diri sendiri, apa yang bisa kuberikan untuk orang lain. Sudah cukup berguna dan bermanfaatkan kiprahku di dalam perusahaan, bagi orang di sekitar, bagi orang yang kusayangi, untuk orang yang bahkan tidak pernah kutemui secara langsung. Seperti krisis diri - biarpun aku tidak sudi menyebutnya sebuah "krisis" karena akan terdengar seperti keadaan genting dan memaksa - yang berkepanjangan. Aku tahu apa pemicunya, di mana titik mulainya, dan samar-samar aku bisa bayangkan apa solusinya. Tapi un

Bermain Kata-Kata

Rasanya tak bisa lepas dari dugaan bahwa si penjual membuat spanduk untuk promosi dagang dengan bermain kata-kata yang sekilas mirip dengan istilah anak muda. "Uwak Jutek"? Atau memang itulah cara penulisan nama nenek ini?

I Just Don't...

Equality Saw this from the internet. To me, this is additional information from just the red square and pink equal sign. I just don't think this nation which I am its citizen, will ever accept equality like this one.

My Medium Is Different

I don't talk much. Not everybody can enjoy my ideas of fun, view of the worlds, and other things I find interesting. My medium is different. I always want to do things and then write about them. I still am. I like to consume other people's creations and body of works. But I don't ever want to stop being just that: another consumer. I want to do the opposite of it. I want to produce, to create, to share. That's what I want do. People around me, in daily routines, are people who share verbally. My medium is different. I prefer to write. To tell stories. To report. To Create. Then to Share. That's why I'm here.

Prepare To Move Again!

In the past few weeks, the current deputy told us (and me) that we must work very hard until May 2013. Very hard, we have meeting at 7 PM weeknights! Why May 2013? Because that's the target that all our 250-ish sites must get to the last status of ready for construction. That's good because I know the deadline of this project but that means that the latest I will be in this town is June 2013. After that, who knows? This is project. I am hired based on what people interviewed me think I am capable of. But you see there will be less people in the team because one person will not extend contract. Another guy, not yet received new contract. Anyway, I know I can get the challenge here done and done well. But to think that at June 2013 I will not be sure where I will be, that's not pleasant. And because of that issue, I cannot support Pandai Besi's crowdfunding project, although I am very keen on helping. Well, maybe another city or another town won't be

An Attempt To Disguise

Sometimes one can employ post-processing to disguise the inability to get good shot. Have a lot of decent photos but that's the issue: "decent". Bibie Julius, FDJ in the making. Zoom Palace, Alam Sutra, Tangerang But hey, one must try and explore cross-processing or editing, right? Even if it's free software provided by Google. Yes, I use Picasa for Windows to edit these photos.

Mengantisipasi Bandung Berisik

Sekarang sudah ada line-up artis yang akan mengisi acara keriaan huru-hara hura-hura di Bandung Berisik. Sungguh tak sabar menanti! Line Up Bandung Berisik Apakah kita akan bertemu di sana nanti?

Mengubah Kebiasaan Itu Sulit

Semua orang harus tahu bahwa mengubah kebiasaan itu sangatlah sulit. Perlu perhatian khusus dan perjuangan. Misalnya ketika kemarin aku pergi ke sebuah rumah sakit di Bandung untuk pemeriksaan gigi (yang seharusnya) rutin. Ini kunjunganku ke dokter gigi setelah setidaknya enam belas bulan. Jadi dokter memeriksa geligiku dan menyatakan bahwa gigiku cukup baik kondisinya untuk seseorang yang melewatkan dua kali kunjungan rutin. Hanya saja, secara kosmetik, kebiasaanku minum kopi dan teh membuat geligiku tidak seputih yang sebenarnya bisa saja kumiliki. Nah, ini kebiasaan pertamaku yang sangat sulit diubah. Aku akan uring-uringan bila tak mendapatkan asupan kafein dalam bentuk kopi hitam tanpa gula yang pekat. Lalu tentu saja, setelah minum kopi, aku tak langsung menyikat gigi untuk melepaskan noda hitam yang pastinya akan menempel pada lapisan terluar gigi.

Jadilah Cuti Di Rumah Sakit

Kadang kejutan bisa berupa kabar baik, bisa juga berupa kabar buruk. Kondisi yang terjadi membuat kita harus bisa adaptasi dengan cepat. Mendapatkan kabar yang mengejutkan memang harus cepat bereaksi. Misalnya kabar saudara sendiri masuk rumah sakit dan butuh dioperasi. Jadilah aku menempuh perjalanan seratus sekian puluh kilometer. Memang sudah ada yang menangani tetapi aku tetap harus hadir, bukan? Perawat Menyiapkan Obat-Obatan Jadilah aku mengurus cuti selama dua hari untuk menjadi penunggu di kamar ini. Suasananya yang gelap, dingin, sepi, membuatku merasa tertekan. Terlebih lagi saudaraku yang hanya bisa beristirahat dan tak punya hiburan lain selain buku, majalah, BBM, browsing, atau game di gadget -nya. Sungguh rasanya cuti yang tidak refreshing ! Aduh! Sepertinya masih harus menunggu satu hari lagi sebelum bisa discharge  dari rumah sakit ini. Aku mengantuk dan sebenarnya membawa laptop  kantor untuk kerja tetapi tidak bisa konsentrasi. Sepertinya suasana gloomy yan

Menyambut Keberisikan Bandung

Keberisikan Bahagia Sepertinya akan sangat menyenangkan bisa menikmati keberisikan di belakang kantor bulan April nanti. Yeah, anggap saja kalau aku masih di kantor yang sama. Mungkin hura-hura huru-hara yang mengasyikkan -- atau menyakitkan -- akan bisa mengobati kerinduanku akan masa lalu. Semoga saja aku masih akan di kota yang sama!

Kita Ini Manusia, Bukan Gajah!

Pernah dengar cerita tentang seseorang yang melihat gajah besar terikat tali kecil? Orang yang merasa heran itu bertanya pada pawang gajah, kenapa binatang itu tidak berusaha lari, karena seharusnya tali sekecil itu pasti tidak mampu menahan tenaga seekor gajah dewasa. Pawangnya bilang, karena sejak kecil sudah diikat tali itu, si gajah sudah terbiasa dan merasa, bahkan dalam tubuh dewasanya, dia tidak akan bisa lari selagi masih diikat. Aku baca cerita itu hari ini dan merasa tertampar dengan keras. Aku ini manusia, bukan gajah yang bodoh!

Bingung!

Sekarang sedang terlibat project yang membuat bingung karena... Apa yang harus kulakukan untuk menggeser gerakan daftar scope of work -ku ini ke milestone  berikutnya? Begitu banyak requirement  yang harus dipenuhi, ditambah pengetahuanku yang masih terbatas, berarti aku harus lebih teliti dalam menyiasati tuntutan progress  dan target. Apalagi mengingat target ini tidaklah kecil. Tantangan! Tapi ini sebuah hal baik karena berarti masih ada hal yang bisa kupelajari. Bukankah itu hal yang bagus? Karena BINGUNG maka masih harus BELAJAR lagi!

Bad Luck

Sometimes you can have a very bad luck, just because you're more into style than function. That's what happened to me when I decided to use a synthetic pouch to keep my iPod. What happened? The pouch's fabric was smooth it slipped from my grip and the iPod fell to the slot between elevator and floor... And slammed to the basement of my office, fifteen floors down. iPod, Busted! You can't see the extend of the damage but believe me, when your mood depend so much on the music you hear -- and bring along everywhere -- this misfortune broke your heart. It costed me USD 150 for a new one by trading this iPod at the authorized service center. Must wait the replacement shipped from Singapore. One month of misery. Hopefully I won't repeat the same mistake again.

Nyasar Sampai ke Bandung Indah Plaza

Namanya juga hari Minggu, dimana seharusnya kita memanfaatkan waktu untuk beristirahat, tetapi niat (mulia) awalku adalah memperbaiki database pekerjaan yang seharusnya sudah selesai kulakukan sejak dua minggu yang lalu. Kalau kalian tahu seperti apa database-nya, mungkin kalian pun akan menunda pekerjaan itu seperti aku. Malah aku habiskan hari Minggu ini dengan tadi pagi membaca buku, lanjutkan makan siang selama dua jam lebih, dan kemudian sekarang malah jalan kaki sampai akhirnya mampir ke Bandung Indah Plaza dan minum kopi. Lalu iseng memfoto dan kemudian menulis blog (tentu saja update yang ini). Lalu ada sesi browsing- browsing yang tidak terlalu penting. Thinkpad X220, A Cup Of Americano, Shades. Seharusnya semuanya kalah penting dibandingkan dengan perbaikan database ini! Aku butuh database yang benar dan tepat, akurat dan update, karena dari situlah aku mendapatkan penghasilanku sebagai seorang kuli korporasi besar. Kadang aku suka mengacaukan prioritas. Bagaimana

You Don't Have To

Did you know that you don't have to do somethings that you think you must? Like became somebody else because that'd be easier to fit in the crowd and not be alienated? Even when by became someone else not you, you just have this constant mild uneasiness nagging inside, not that kind of hard feelings that make you suicidal, it's just there and irritate you. Yes of course if it's positive change (depend on who's version of "normal" and "positive") then by all means, go change yourself! Don't hesistate! But wouldn't it better if you go out of the current environtment, travel anywhere to find some place where you fit and feel belong? It's harder but it might -- just might, not always certain -- worth the journey.

Challenge From Team Members

As someone who has the job to manage the company's daily operation, organizing and managing team members is a challenge that I have to deal with on a daily basis. Each team member have different habit and personality -- whom I have to adapt and mix and coodinate with. Every project has its own special needs yet share a lot of similiarities. Interesting, challenging, yet somehow I found myself unsatisfied with how my team works. I want to make challenges to each of them so they can accelerate growth: personal and professional, with the goal of benefitting the company and each person involved, financially. Such a complicated thing to do with my limited experiences. That means, as I am also a team member, it's a challenge for me too! ===== Note: This piece is actually from a draft I made about two years ago when I was still in the construction company in Serpong.

Hidup Yang Seharusnya

Seperti semua orang lainnya di muka bumi ini, orang yang normal,  sehat jasmani dan rohani, tentu ingin hidup seperti yang seharusnya mereka jalani. Hidup yang seperti idealnya mereka. Cukup atau berlebih, sejahtera atau kaya raya, banyak teman atau dibiarkan sendirian, entah apapun itu, pastilah keinginan itu ada. Tentu tak ada yang salah dengan keinginan itu karena seharusnya hidup itu ada "alur"-nya, ada "pakem"-nya, ada "aturan"-nya. Seharusnya hidup itu ya seperti itu. Maksudku, kalau tidak diatur orang lain, ya hidupmu itu mestinya diatur oleh dirimu sendiri, agar hidup itu punya arti, makna, manfaat, dan tidak menghabiskan sumber daya di bumi ini sia-sia. Bayangkan saja kalau ada satu milyar manusia yang menjalani hidup dengan prinsip mengalir begitu saja -- yang ternyata, sialnya -- dan ketika tiba di muara (ini kan perumpaan yang menyamakan dengan air sungai bermuara ke laut, bedanya muara kehidupan ini sepertinya lebih pas diartikan se

Coba dan Coba Lagi!

Dalam hidup, melakukan sesuatu dan gagal itu hal yang biasa. Kata orang, sudah jatuh tertimpa tangga, yang artinya dapat sial tak hanya sekali saja tapi bisa berentet, itu juga mungkin terjadi dalam kehidupan seseorang. Yang perlu dilakukan adalah setelah mendapatkan rintangan, mengalami gangguan, bahkan sampai gagal, tetap saja bangkit berdiri, mempelajari apa yang salah dari kejadian sebelumnya, dan kemudian mencoba lagi dengan bekal pengalaman sebelumnya. Coba dan Coba Lagi!

Menjadi Pemimpin di Sini

Kadang aku berinteraksi dengan pemimpin yang seperti lupa bahwa tanpa pengikut, dirinya tak akan bisa memimpin. Mana ada pemimpin tanpa pengikut. Tanpa anak buah yang bersedia beraktivitas sesuai perintah pemimpin demi kepentingan kelompok atau mungkin sekedar kepentingan pribadi si pemimpin tersebut. Ada pemimpin yang dengan penuh percaya diri bahkan kadang terkesan angkuh, yang menepuk dada dan menyatakan bahwa dirinya memang ahli dan bisa. Tidak segan mendesak dan membuat anak buahnya bekerja dengan keras dan lebih keras lagi lalu hasilnya akan diklaim sebagai kemampuannya pribadi. Ada pemimpin yang seakan-akan merangkul anak buahnya tetapi kalau ditelaah lagi, sebenarnya caranya memanipulasi orang lain untuk tujuan yang sudah dia tetapkan. Aku pernah dengar pemimpin yang berhasil adalah pribadi yang agresif dan tukang bully . Aku rasa aku harus lebih agresif dan lebih mem- bully , karena tak mungkin selamanya aku bersedia tidak merubah posisi dalam pekerjaan, bukan? Itu a

Keep In Touch

Thanks to social medias that I use, updating information from my friends are a lot easier. Just now I'm surprised to find that a friend is in her third month living in Dusseldorf when all this time I thought she was in Jakarta. And I know that two friends, after their marriage in Jakarta last year, went back to Melbourne to continue with their personal lives. Then another friend brought his family to accompany him to Dubai because he have work there. Imagine that fifteen years ago, I would have to spend a lot of effort (time, energy, money) just to know where and what are my friends doing. Keeping in touch now is very easy, you have to find a very logical reason not to. And even then people would still think you not normal if you intentionally not keep in touch with friends and relatives.

Reflection on Legacy

Kenapa harus bingung? Aku memang harus berhenti sejenak dari kesibukan sehari-hari dan kemudian merefleksikan seluruh hidupku yang telah kulewati: selama sembilan belas tahun ini. Sebentar lagi aku akan berkurang usia hidup. Mencapai milestone  yang disebut orang awam sebagai ulang tahun yang sebenarnya adalah pengingat bahwa "jatah hidup" di muka bumi makin berkurang. Sungguh tidak menyenangkan bila ada yang mengingatkan bahwa aku tak akan hidup selamanya dan bahwa utangku masih terlalu besar: Aku belum berkontribusi apapun bagi orang-orang di sekitarku. Rasanya aneh dan cenderung menyedihkan, bahwa sekian lama ini aku pada intinya hanya hidup untuk diri sendiri. Belum ada andil sedikitpun, apalagi yang signifikan, pada hidup orang-orang yang kukenal, yang sekedar tahu, atau orang yang bahkan dalam mimpipun aku belum pernah bertemu. What is your legacy? Aku tak tahu. Aku rasa aku tak punya apa-apa untuk diwariskan. Sedih ya?

Televisi? Mengapa?

Sudah masuk bulan ketiga aku ditugaskan di kota ini dan sampai sekarang masih saja televisi itu belum kubongkar dari dalam kotak kardusnya. Masih teronggok di sudut kamar, di balik pintu, di bawah tumpukan plastik dan tali rafia serta payung. Sepertinya mengumpulkan debu. Aku memang sengaja tidak membongkarnya karena tak merasa butuh menonton televisi. Coba saja jelaskan padaku, dengan alasan yang bagus, kenapa aku harus memasang televisi di kamar? Berita bisa kudapatkan dari browsing. Hiburan bisa kudapatkan dari internet atau radio. Film yang kutonton biasanya bisa dimainkan via laptop. Aku tak punya konsol game yang harus disambungkan ke televisi. Terima kasih, Tuhan, untuk satu itu. Tak bisa kubayangkan betapa antisosialnya aku bila berkutat hanya di dalam kamar untuk bermain game. Jadi sampai sekarang aku belum punya alasan kuat untuk memasang televisi itu. Lebih baik membaca buku atau tidur, bila ada waktu luang. Atau mengasah kemampuanku berkreasi dengan apa yang ada di

Cermin

So I guess there's always something wrong that I do no matter what I did. Atau sesuatu dengan efek yang kurang lebih sama seperti kalimat di atas. Betapa mudahnya aku men- judge  orang yang kutemui sehari-hari sampai aku melupakan bahwa ada saja orang yang melakukan hal mirip kepadaku tanpa berusaha mengenalku sama sekali. Tidak menyenangkan bahwa tindakan seperti itu, being judgemental , ternyata resiprokal. Apalagi ketika menyadari perlakuan seperti itu ditetapkan kepadaku oleh orang-orang di sekitarku. Tetapi kalau dipikir lagi, kenapa harus peduli? Aku adalah aku. Kalau tak suka dengan aku, kenapa aku harus pedulikan penilaian itu?