Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

berbuat dan berbuah - bagian 2 : pendalaman

Sekitar dua minggu yang lalu, sudah kujelaskan konsep awal berbuat dan berbuah  yang kupahami dan kucoba praktekkan. Jadi sebagai kelanjutannya aku bahas singkat di sini. Berbuat adalah melakukan tindakan yang tepat dan terbaik berdasarkan informasi yang tersedia saat itu. Pertimbangan yang dilakukan adalah semacam WWJD -- What Would Jesus Do? -- atau patokan ke figur baik sesuai kepercayaan dan pemahaman saat itu. Paling baik dan paling benar yang bisa dilakukan saat itu perlu penekanan karena evaluasi  much later down the road  tidaklah tepat bila ada tuding-menuding kesalahan. Ingat, hindsight bias  itu nyata adanya dan tidaklah benar jadi patokan menghukum. Misalnya saya membeli barang pada harga X dan sebulan kemudian harganya menjadi X minus 10 poin, apakah saya salah? Bisa iya, bila pada saat mengambil keputusan membeli tidak didasari analisis memadai. Bisa tidak, bila dasar pengambilan keputusan sudah memadai dan perlu diingat, tak seorangpun yang benar-benar bisa memp

berbuat dan berbuah - bagian 1: pada awalnya...

tidak mudah untuk melakukan kebaikan secara konsisten dan berkelanjutan, tetapi seperti itulah yang diminta oleh tokoh yang pernah berjalan di muka bumi ini sekitar dua milenia yang lalu. awalnya aku berpikir untuk menjadikan update blog ini sebuah renungan rohani tetapi untuk kebaikan diriku sendiri sebaiknya tidak usah berbicara soal religiusitas diriku sendiri. aku tidak merasa sebagai orang beriman yang baik dan taat pada aturan dalam agama jadi berbicara tentang ini terasa tidak tepat. jadi aku ubah konteks "berbuat dan berbuah" menjadi sebuah refleksi diri untuk perbaikan yang tidak terkait dengan religiusitas manusia atau hubungan dengan suatu higher being  sama sekali.  berbuat semasa hidup tak mungkin tidak berbuat apapun. melakukan tindakan yang ada konsekuensinya. memilih yang ada. kalkulasi lalu mengambil keputusan yang berimplikasi pada masa depan. semuanya bisa terasa acak namun ketika melihat ke belakang beberapa waktu kemudian mungkin terpikirkan, &qu

Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Yang Ada - (Bag. 4 - Evaluasi)

Dalam tulisan sebelumnya di sini tentang pemaksaan kondisi dan posisi, dengan mempertimbangkan pula tentang keterpaksaan untuk melibatkan diri secara terbatas dan terukur di sini , tidak bisa tidak memang harus rutin melakukan evaluasi atas reaksi yang muncul dan benefit  atau loss  yang muncul. Justru bila tak melakukan evaluasi, bagaimana kita bisa mengkonfirmasi bahwa tindakan melibatkan diri sendiri itu baik dan bermanfaat serta perlu dilanjutkan, atau sebaiknya dihentikan saja dan dilupakan. Dikuburkan? Iya, terdengar aneh memang, ketika sebelumnya aku menyarankan untuk melibatkan diri dalam permasalahan yang ada tetapi pada tulisan ini aku meminta untuk ingat dan menahan diri. Tidak konsisten kalau kata orang, seperti yang pernah kubahas di sini . Perlu perbaikan diri dan kontrol emosi kalau mau tetap menjaga faktor keberuntungan dari interaksi dengan orang lain. Aku memang belum bisa menjabarkan dengan sederhana tapi akurat karena kemampuan membahasakan sesuatu hal masih san

Kemajuan Yang Dipaksakan

Paling utama dalam pekerjaan sekarang adalah mengejar kemajuan yang terukur. Pemisahan tanggung jawab yang jelas tapi fleksibel bila dibutuhkan juga perlu. Tidak bisa menjadikan kemajuan dengan tingkat tertentu sebagai acuan / target tetapi pemisahan peran dan tanggung jawab dicampuradukkan. Tidak sehat buat organisasi bila melakukan pengistimewaan untuk orang-orang tertentu yang sudah jelas tindakannya merugikan perusahaan atau bertentangan dengan nilai-nilai yang diusung. Semua orang belajar, termasuk karyawan dalam perusahaan. Melihat kesalahan tidak dihukum, keputusan yang merugikan keuangan perusahaan tetapi orangnya tetap diberikan jabatan dan otoritas, pesan seperti apa yang mau disampaikan ke para karyawan lainnya? Semua orang bisa belajar misalnya dengan observasi. Itu sudah paling mudah. Bila ada pelanggaran yang tak dikenai sanksi apapun, bila kecurangan hendak dikuburkan, saat muncul kesempatan berikutnya di orang yang berbeda, kita bisa tebak apa yang akan terjadi. Meng

Senin Malam, Banyak Kesibukan, Banyak Pengalih Perhatian

Sekarang Senin malam tanggal 3 Desember 2018. Ada banyak pekerjaan yang menunggu untuk kuselesaikan. Aku perlu belajar delegasi agar hidupku lebih ringan dan terkendali. Tetapi untuk mempercayakan begitu saja pekerjaan dan tugas yang dulu biasa kukerjakan itu tidaklah mudah. Sebenarnya aku sadar tanpa mendelegasikan tugas-tugas yang ada, termasuk melatih lebih dulu agar pelaksana paham dan bisa bekerja dengan baik, aku bisa tidak ke mana-mana, stuck  saja di tempat yang sama. Itu tidak baik karena akan memicu rasa tidak puas diri yang akut, komplikasi dengan rasa tidak percaya diri, dan mungkin sedikit dengki pada orang-orang yang justru karirnya bertambah baik. Aku perlu cara berbicara yang baik secara emosional agar aku bisa paham apa yang orang lain mau dan mereka bersedia menerima pendelegasian tugas dariku tanpa banyak protes lagi. Tidak mudah tapi harus dipelajari. Siapa bilang makin bertambah usia makin banyak yang diketahui? Aku justru merasa dengan banyak kesibukan makin b

Kembali Ke "Habit" Lama : Inkonsisten

Apakah memang wajar kita berbicara apa adanya? Tidak? Kenapa? Sepertinya aku harus lebih menjaga lisan -- dan tulisan dalam grup pesan singkat di ponsel pintar. Singkatnya, aku tak punya emotional intelligence  dan social skill  yang cukup sehingga awareness dan latihan personal perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, disiplin untuk bisa konsisten dalam bersikap dan berperilaku. Kebiasaanku yang bertingkah tak konsisten memang akan membuat bawahan bingung atau salah melakukan sesuatu. Jangan pula sampai aku menyalahkan orang lain yang menebak-nebak apa yang aku mau lalu melakukan suatu tindakan yang berujung pada ketidakoptimalan pekerjaan atau business flow  yang ada. Tanpa memberikan direction  dan instruction  yang jelas, plin-plan, membiarkan orang lain bekerja? Bila hasilnya baik, mengambil semua pujian yang datang, bila hasilnya buruk, menyalahkan tindakan bawahan dan mengelak tanggung jawab? Well, at least being consistent in that opportunistic boss is predictable inste

Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Yang Ada - (Bag. 3 - Penunjukan)

Seperti yang telah kujelaskan di sini dan di sini , untuk dapat terlibat dan tetap murni  itu tidaklah mudah karena adalah lumrah bagi kita menemukan orang yang bersedia terlibat karena dorongan kebutuhan personal atau kepentingan pribadi/kelompok. Ada opportunity  yang muncul maka melakukan reaksi melibatkan diri.  Untuk itulah dalam setiap kejadian, dalam niat membantu mencarikan solusi, tetap berpikiran jernih dan sigap menganalisis dinamika yang terjadi. Siapa saja para pemain yang terlibat dan apa kira-kira tujuan masing-masing mereka. Mengajukan diri untuk menyelesaikan masalah, menerima penunjukan atasan, atau memang berada di tempat yang salah pada waktu yang salah, apapun itu, tetaplah berpikir dan sadar. "Cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati," kata-kata yang pernah kubaca, kudengar, dan diajarkan -- meski tidak lengkap -- menjadi acuan dalam bertindak. Tidak semua orang mau percaya kalau dijelaskan dan akupun juga. Tetapi memang dalam masalah yang t

Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Yang Ada - (Bag. 2 - Pendalaman)

Seperti yang sudah pernah kujelaskan di sini , tidak banyak orang yang bersedia secara sukarela masuk ke dalam permasalahan yang terlihat, dengan niat ingin mencari solusi yang paling baik. Kebanyakan orang dalam impuls pertama tentunya bersedia terlibat karena ada keuntungan dalam bentuk apapun yang ingin diraih. Profit-oriented, which not always money, is what drive most of us. Doing something for survival is also "profit". Makanya aku merasa posisiku sering dalam kondisi serba salah dan tidak enak karena aktivitas mencari solusi ini. Semacam hobi yang membuatku berada dalam sasaran tembak / pusat lampu sorot. Semaca nosy guy  yang mau ikut campur dalam sedentary and lethargic office work. The same shit on different day, pretending to work but actually doiong nothing, makes me angry and frustrated. Tidak benar tapi kesan yang ditimbulkan ya seperti itu. Sedih ya.

Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Yang Ada - (Bag. 1 - Perkenalan)

Ada berapa banyak orang yang bersedia sukarela melibatkan diri dalam permasalahan yang ada, dengan tujuan memecahkan masalah? Lebih mungkin orang melibatkan diri untuk mendapatkan profit  sehingga bisa digolongkan ke kelompok oportunis. Aku pernah sering dituding  begini oleh orang-orang yang berinteraksi denganku. Sepertinya ini didasarkan ketidakmengertian mereka dan kecurigaan bahwa ada orang yang bersedia -- sukarela --  terlibat aktif dalam suatu masalah dengan tujuan ingin membantu penyelesaian secepat-cepatnya, sebaik-baiknya. Aku dikaruniai (dikutuk?) dengan perasaan yang sangat mudah terusik melihat masalah yang sepertinya kalau dipelajari lebih dalam bisa dicarikan solusinya. Sifat dan kondisi ini berkali-kali membebaniku sebenarnya. Sulitnya atasan-atasan memiliki anak buah sepertiku yang tidak suka berdiam diri melihat rekan atau atasan sendiri melakukan sesuatu yang sependek pengetahuanku adalah sumber masalah atau bagian dari masalah yang perlu dicarikan pemecahannya.

30 Minutes Past Midnight

It's just thirty minutes past midnight and I'm still pushing my mind thinking about a few important things (to me) related to personal and professional life. My mind is restless as usual eventhough I am aware that exhaustion due to overthinking is as dangerous as a mind that is seldom used. Of course, staring at unpaid bills doesn't help at all because I am thinking of ways not to spend my money on things I don't need. This is November 2018 and a lot of things still unticked on my To-Do List. Not feeling great about this. Less time to create and achieve things. Heh.

Mengatur Prioritas Hidup (Part 1)

Sore ini melihat teman-teman kantor pulang lebih awal karena hendak pergi ke Gelora Bung Karno dan menonton pertandingan timnas PSSI di Piala AFC, aku  jadi teringat pembicaraan kemarin. Saat aku dalam meeting mengatakan hendak bisa pulang tepat pada saat akhir jam kerja yaitu 17:30 WIB. Dalam meeting itu VP-ku berkata hal itu tidak mungkin. Pekerjaan masih ada dan masih banyak. Hari ini pukul 5 sore, teman-temanku sudah menghilang dari tempat duduk masing-masing untuk berburu kesenangan. Aku tidak keberatan mereka pergi lebih dulu. Menyenangkan sekali bisa menikmati kegembiraan massal bersama orang-orang yang punya minat sama. Bersorak, jingkrak, dan bernyanyi. Aku punya minat berbeda, minoritas dalam hobi dan minat. Jadi seperti tidak ada teman atau dukungan untuk prioritas yang kupunya. Aku tak mungkin hanya terus bekerja dan bekerja demi perusahaan, pagi sampai malam hari, setiap hari. Kapan aku akan melakukan pengembangan diri? Itu adalah salah satu hal yang mengganggu bawah

11 PM On A Sunday Night Am Working

Saat semua orang bersiap tidur agar bisa bekerja di Senin pagi esok hari, di sini aku baru mulai membuka laptop untuk mencari bahan cara membuat sebuah resource plan sederhana untuk project yang seharusnya tidak rumit. Menurutku tidaklah rumit asalkan si project manager-nya bisa bekerja dengan baik, tidak malas, berkomitmen pada target dan bersedia memposisikan dirinya sesuai tanggung jawab peran yang dia emban. Begini. Aku tidak takut bekerja keras dan bila harus bekerja dengan jam lebih panjang dari orang-orang lain. Yang menjadi masalah secara personal adalah bila semua kerja keras itu mendapatkan apresiasi minimal. Jadi ada strategi personalku yang perlu diubahsuaikan untuk menghindari hasil akhir yang tidak kuinginkan. Lebih pintar dan lebih cerdas. Jam sebelas malam lebih dan sebentar lagi hari Senin. Aku baru membuka laptop. Sekarang ini berupaya menemukan bahan dan cara terbaik merancang sebuah resource plan dan menyelesaikannya dalam waktu satu jam saja.

The Agony of Not Knowing

Merasakan ketidaktahuan dan tertinggal -- or being left out -- sungguh perasaan yang tidak mengenakkan. Semua orang tertawa atas sesuatu hal yang mungkin lucu tapi kita tidak paham. Lirikan bermakna yang kita tidak tahu sebagai kode apa. Senyum yang diberikan ke orang di sebelahmu tapi tidak untuk kamu. Aku tahu posisiku yang tidak tepat dan cenderung tidak menguntungkan.  Itulah sebabnya perlu reposisi untuk menghadapi keadaan dinamis yang bekerja seakan-akan against my own interest.  Antisipasi, aksi, evaluasi, reposisi, antisipasi lagi, ulangi. Seperti siklus yang tak selesai selama masih hidup, siklus yang dimulai sejak rasa sakit karena ketidaktahuan dan pertanyaan pada diri sendiri: "Apakah aku dimanfaatkan secara tidak adil atau apa?" Tidak melupakan bahwa identitas yang kubawa sejak lahir dan diterjemahkan secara bebas di sini u ntuk mengkategorikan orang -orang secara gampang tanpa perlu mempertimbangkan aspek keadilan, kemanusiaan, atau kesamarataan. Den

Melanjutkan Pertanyaan Ke Diri Sendiri

Beberapa hari yang lalu aku bertanya ke para pembaca di sini , tentang rasa kangen yang sebenarnya kuharapkan adalah keingintahuan kalian tentang keadaan diriku. Tapi setelah analisis ulang, aku berpendapat bahwa sebenarnya aku lebih menujukan pertanyaan itu ke diri sendiri. Merasa ingin diperhatikankah, tanya beberapa orang. Tidak juga, jawabku. Aku sebenarnya lebih ingin tahu tentang orang lain yang kutemui. Mengetahui, tanpa rasa curiga tak beralasan atau memupuk kebencian. Tidak tepat dan tidak benar. Saat ini sudah lebih dari jam sebelas malam. Kalau mengingat bahwa aku sudah bangun sejak jam 5 pagi tadi untuk bekerja, berarti aku sudah mencurahkan kemampuan otakku sekitar 17 jam! Kenapa hanya 17 jam? Ini karena aku menghitung waktu istirahat siang dan malam masing-masing selama satu jam. Jadi untuk melanjutkan pertanyaan soal rasa kangen itu, aku ingin tahu apakah target yang kuberikan pada diri sendiri sudah ada yang tercapai? Bingung, kan? Mau fokus ke siapa dan di m

Missed Me Yet?

I'd asked, "Missed me yet?" to you if I already know that you're going to say, "Yes." If I can describe what I think just now, this'll be a direct and concise post. But I'm not known for my accuracy. Friday afternoon I was reminded how much I can talk before people cut me off, which wpuld be just a couple of minutes. How can I get help for this issue(s)?

Rushing Into Things. Not Good.

You know what I just did? I rushed into things I know I shouldn't do. Now I paid more than what I should, if I just kept my head level and be calm. Yes, stable and fast internet connection would be nice to keep me balanced and clear headed. I was afraid my window of opportunity would vanish therefore I rushed into things I know I shouldn't have. That is one thing I learned today, in heat of competition, I lost control just because some glitch. That made me wonder how good I am at deciding things. Not good, apparently. Time to evaluate myself.

4 a.m. and Awake

It's 4 a.m. and I'm already wake up. A lot of things need to be done, everything is important, and my mind keep working at this one problem before it jumped to another one. From personal life to professional life then back to personal again. I need to tackle one by one, prioritize, and keep on working to solve everything. Too much, already, and my mind is actually tired.

Headache Because Don't Know What's Wrong

I have a headache because I don't know what's wrong with my personal laptop. I bought Microsoft Office 365 which I can't install on my personal laptop. I downloaded and installed GoPro application which I can't open on my personal laptop. Does 1TB of harddisk is the cause? Or is it Windows 8? Or is it because this is a five years old laptop? The thing is I don't want to have to buy a new laptop but to be able to use only for web applications? Cloud based service? I can't use cloud based service from Microsoft. My source files are larger than 5MB which is the limiting file size the web browser based Office can open. It displayed that I must use the full program to open this large file. Error message when trying to open source file. I did pay for the Office 365 subscription so I hurt my wallet, paying for service I can't use, all because I can't get the installation working past the welcoming screen. Setup welcoming screen. All the

Dalam Meeting Business Process And System Update

Jadi hari ini aku terlibat dalam meeting yang cukup rumit dan seperti above my paygrade . Kehadiranku di sini lebih karena tidak ada orang lain yang lebih qualified hadir di kantor. Bisa dibilang semua orang menghindar dari pekerjaan seperti ini (apakah dianggap membosankan?) tapi setelah dianggap robust  dan melakukan final presentation  lalu para pengguna kemudian protes seperti "lho kok kaya begini?" Ketidaksesuaian seperti ini yang memang perlu dihindari. Kita kalau membuatkan sistem baru yang ingin streamlining dengan semua pengguna dalam satu grup perusahaan, dalam perusahaan yang ingin membesar, pastilah tidak mudah dan tidak murah. Tapi tentu saja ada orang-orang yang merasa terlibat langsung membuatkan sistem itu beneath myself  katanya lalu mendelegasikan tetapi ketika pekerjaan selesai dan mau launching,  protes dan minta diganti. Yang bisa kita lakukan adalah menerima penugasan dan pendelegasian tugas lalu kita jalankan sebaik-baiknya dan memikirkan sebagai or

Akhirnya Aku Melakukannya!

Bulan September ini patut kucatat sebagai salah satu bulan yang berbeda. Kenapa berbeda? Karena ada banyak hal baru yang kucoba lakukan. Ada yang kulakukan sendiri, ada yang dibantu oleh orang lain. Aku mencoba melakukan beberapa hal yang dari dulu hanya berupa angan-angan, sendainya aku begini atau seandainya aku begitu . Tentu saja belum akan kuceritakan di sini biarpun aku sebenarnya antusias untuk berbagi. Akhirnya aku melakukannya!

Talking With A PhD And Some Google Search Brought Me Here

I know that I have this restless feeling like I waste too much time on things that add no value to my upgrading scheme. I want to learn something new. I want to create online content for myself. I need to mantain my health, body and soul. Then I met with a longtime friend who is doing research for his post-doc something something and he told me he learn new programming language. He needed this skill so he can sift through data sets he got from satellites. He need to make sense of all the numbers contained in those many files. He took up R. He said how he use available scripts to finish data visualization in less than an hour his government superior needed. So I am very interested eventhough I know my basic for computer language, much less programming, hasn't been used for like around fifteen years. But I know need this "new" skill set that might -- emphasis on might -- bring me more money later in life. I know I am just following a current trend but why not?

Instead Of Reading, Writing

I know that I should be reading stuff that expand my knowledge base in each and every time I have spare time. The "me time" should be to be as informed as possible. A lot of topics I need to know and to dive deeper. A not easy task but achieveable. Just be determined enough with it. Keep up with everything. Also therefore I am restraining myself from spending time on warung kopi  somewhere, spending more and more. Remember each money I spend on consumables or fashion products I don't need, is money I can't take back and invest on. Pretty bad for my future.

Make Some Free Time For Yourself

Here I am, wondering how can I make some free time for myself so I can start doing some coding on the side. Yes, I decided that I might  need new ability, that is to code something. A computer program, if I may. Why? Because this is a new era where data matters. I have to be able to at least know some programming stuff, expanding (or taking up) from where I left a few years ago. Like when I started with Pascal. Then some Basic. Then move to Fortran. Never get my hands on C. What language now I will study? Either Phyton, or R. Whichever have the most free accessible library for me to study. Back to the title: how do I make some free time? I know I can, just have to find which part of my habit to kick out. Let's do this!

Evaluasi Beberapa Hari Setelahnya

Jadi seperti yang pernah kutulis di sini sebelumnya, ketika aku mulai menulis lagi di blog ini, orang-orang sudah tidak lagi mengunjungi situs blog seperti ini. Tulisan opini sudah tidak lagi menarik untuk digarap. Persaingannya besar untuk dapat attention  tetapi pembaca sudah sedikit. Terlalu banyak orang yang berpindah platform  ke media sosial yang berat di foto dan video (dengan beberapa merk yang tak perlu disebutkan namanya sudah "menguasai" pasaran). Kita ini manusia yang condong di stimulasi visual berupa gambar diam dan gambar bergerak. Lebih memuaskan indera dan otak manusia. Membaca simbol seperti susunan karakter (tulisan seperti ini misalnya), dirasa tidak menarik atau tidak bermanfaat. Setidaknya itu pembacaanku  atas tren masa kini. Aku tidak punya cukup sumber daya untuk meriset sendiri. Yang kupikirkan memang di mana-mana aku makin jarang melihat orang membaca sumber tulisan seperti buku atau setidaknya koran dan majalah yang memasukkan foto sebagai p

Optimization, Already Tried Or Not?

Note: This post was firs drafted on December 23, 2013. Yes, almost 5 years ago. That's how long my ideas hibernate - or wither and died. **inaudible sigh** Optimization That's the word I'm looking for in adapting my schedule to an idea of living a healthier life. Being a corporate minion for almost a decade now, the change in physical appearance is getting more disturbing. I gained weight. Around the belly. Getting the button and zipper on my pants done became harder and harder. I ate a lot of carbs and fat and almost no exercise, I tire easily. Trial So what I did? I reduce my rice intake. If I ever go to any luncheon where I can scoop my own share of rice, I won't take any. Avoid rice. Add more vegetables and protein sources instead. No more deep fried snacks like everybody else in the office. Leave room if necessary, as long as I can avoid the temptation. Hard, really, but achieveable with some minor tension inside me. Yes, you can't kick th

Nobody's Using Blogger/Blogspot Anymore

Why bother update this at all? That's my original thought when I checked the statistic of this blog. It seemed like no one bother to read blogs (mine or anybody's personal blog) at all. This writing used up my time and my money (internet connections aren't free nor cheap in my country). And after further searching around topic of personal blogging, I did arrive at conclusion that no one do this anymore, just for the sake of writing. Either people monetize the blog somehow, or just quit already. Here's what I should do, at least what I thought: I should write more and more about any topic that interest me, aligned those topics with current situation, buy a domain name that feel pro, use non-free template for the blog, change the layout to be more interesting. Maybe create some videos of stuffs that related to my writings, post them in YouTube, and link them in my post here, or maybe some once a month podcast post in Soundcloud? A lot of work for

A Life Spent Learning

Tadinya akan kutulis dalam bahasa Inggris tapi ternyata cukup sulit juga karena sudah lama sekali aku tak menulis. Sedih, tapi apa boleh buat. Kehidupan harus berjalan dan dalam perjalanan, ada pelajaran yang bisa didapatkan. Hidup baiknya dihabiskan untuk belajar. Lalu praktekkan ilmunya. Lalu evaluasi. Lalu belajar dari hasil evaluasi. Lalu diulang lagi, praktekkan. Semacam loop besar yang dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki diri sendiri. Tak mungkin, kan, begini-begini saja? Stagnan atau mengikuti arus itu tidak enak kalau belum merasa "cukup", seperti sekarang. Ada kegelisahan besar, merasa "belum cukup" berbuat. "Belum cukup" mengumpulkan. "Belum cukup" menghasilkan. "Belum cukup" mapan. Masih banyak "belum cukup"-"belum cukup" yang lainnya. Tidak enak rasanya. Ada banyak pelajaran di luar sana tetapi aku saja yang tak bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin.

Kemutlakan Yang Bersifat Personal

Hari Minggu, di gereja yang biasa kukunjungi sebagai simpatisan biasa. Sedang ada pertukaran pendeta. Isi kotbah beliau pada poin pertama adalah tentang kemutlakan. Sorotannya khusus pada relasi antara seorang pengiman dengan Tuhannya. Menurut beliau, hubungan manusia dan Tuhan itu personal. Saat seorang manusia melalu relasi itu tiba di kepercayaan bahwa dia akan diselamatkan bila percaya Tuhan, biarlah kemutlakan itu berlaku bagi dirinya sendiri. Adalah tidak tepat bila apa yang mutlak bagi dirinya sendiri, diterapkannya untuk orang lain yang berbeda. Kemutlakan yang dipercaya bagi dirinya sendiri dan kelompoknya, janganlah dipaksakan ke kelompok dan orang lain. Hal seperti itu akan berbahaya bagi keberagaman. Terima kasih atas pandangannya, Pak Guruh Jatmiko. Saya setuju.

Perencanaan Dan Pemeliharaan

Dalam tulisan sebelumnya di sini , sudah kujelaskan betapa aku melakukan banyak kesalahan dengan mengabaikan perawatan kendaraan secara berkala. Kesalahan yang membuatku harus mengeluarkan dana lebih banyak dalam waktu berdekatan karena tak punya rencana sama sekali terhadap hal seperti ini sehingga saat terjadi kerusakaan (karena usia parts  dan sebab normal lainnya) dalam waktu yang berdekatan, aku menjadi kalang-kabut. Sudah kujelaskan juga pada bulan Maret tahun ini tentang keenggananku untuk memulai proses yang aku rasa akan memberatkan diri sendiri. Jadi pada saat terjadi kerusakan beberapa kendaraan di beberapa bagian yang berbeda, sungguh mempelajari beberapa hal baru dalam waktu bersamaan itu tidaklah gampang. Ini jugalah yang membuatku tidak kunjung melanjutkan lagi sekolah karena sepertinya otakku sudah terbiasa tidak dipakai untuk memecahkan masalah yang baru dan jauh dari hal yang biasa kuhadapi sehari-hari: electronic business process for project delivery.

Melakukan Perawatan Kendaraan Secara Berkala

Aku punya beberapa jenis kendaraan sebagai hak milik. Beberapa jenis punya lebih dari satu unit. Skuter dan sepeda, misalnya. Ada skuter keluaran Piaggio tahun 1980 dan 1994. Sepeda gunung dan sepeda balap. Sebuah motor trail keluaran Yamaha tahun 1976. Sebuah mobil tahun 2013. Yang tak kuperhitungkan dengan cermat sebelumnya adalah bahwa ada yang disebut dengan upkeep  alias biaya untuk tetap menjaga semuanya tetap bisa dipakai dan berfungsi dengan baik. Ongkos perawatan dan pemeliharaan, kalau mau sederhananya. Tidak kubayangkan bahwa tiap kendaraan untuk tetap legal, aku harus setia membayar pajak kendaraan tiap tahun. Untuk itu saja sudah habis sekian juta rupiah. Setiap tahunnya.

Ingin Bisa Berpikir Kritis Tanpa Henti

Untuk mempercepat perubahan dan membuat diri lebih baik dari sebelumnya, salah satu yang perlu kupelajari adalah berpikir kritis. Untuk bisa berpikir kritis tanpa henti, aku perlu bisa konsentrasi. Konsentrasi yang lebih intens daripada yang pernah kulakukan selama ini. Untuk itu aku perlu belajar lebih bisa mengendalikan pikiran yang akhir-akhir ini sering sekali teralihkan dan bercabang ke mana-mana. Berpikir kritis tanpa henti untuk bisa maju. Memecahkan masalah. Menyeruak keluar dari kebuntuan dan problematika yang sedang menghadang. Misalnya saja untuk masalah pribadi berupa hubungan interpersonal yang sedang kujalani saat ini. Tidak mudah mempertemukan perbedaan antar dua pribadi. Bukan alasan untuk menyerah. Belajar berpikir kritis dan evaluasi setiap hari atas apa yang sudah dilakukan dan diputuskan seharian penuh itu perlu. Artinya tidak memforsir diri sampai melebihi batas lelah sampai tidak bisa berpikir jernih lagi. Mungkin solusi lain adalah dengan rutin me

Sekilas Pembicaraan Ringan

Jadi sore itu aku dan dia sedang menunggu tamu yang seharusnya tiba sekitar setengah enam sore. Entah kenapa pembicaraan kami mengarah ke aktivitas berbelanja di online shop , sebuah kegiatan yang makin banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kami membahas beberapa marketplace yang aplikasinya tersedia di Google Play Store dan dapat diunduh ke ponsel pintar berbasis Android yang kami pakai. Ini seperti membahas cabang dari tulisanku yang pernah kutampilkan di sini . Dalam berbelanja yang mana penjual dan pembeli tidak saling bertemu dan bertatap muka, di sebuah pasar virtual  yang terbangun dalam aplikasi ponsel pintar, yang bisa jadi baik penjual dan pembeli sama-sama tidak kenal reputasi pihak yang dihadapi, aturan dan sistem yang diterapkan si marketplace  menjadi sangat penting. Pembahasan kami lebih kepada bahwa ada marketplace  yang karena begitu banyaknya penjual di tempatnya, apa saja barang-barang yang dijual tak lagi diregulasi. Alasannya simpel, penjual terlalu banyak,

Perjalan Yang Panjang

Ada masa di mana aku menganggap kalau diriku adalah seorang petualang yang melakukan perjalanan untuk mencari jati diri. Aku pikir masa itu buku-buku yang kubaca sangat mempengaruhi bagaimana caraku memandang peran dan posisi diri di dunia ini. Setidaknya, apa yang aku mau dari diriku sendiri. Sekarang tidak lagi. Aku tahu saat ini peranku hampir tak terasa. Bukan rendah diri. Ini adalah reposisi terhadap kehidupan manusia di sekelilingku, baik yang aku berinteraksi secara langsung in real life , yang tak berinteraksi langsung kecuali lewat media, atau yang tak menyadari bahwa ada aku di dunia. Perjalanan yang panjang ini adalah milikku sendiri. Tak perlu dicarikan alasan. Tak butuhkan tujuan. Hidup untuk diri sendiri. Berjalan. Berhenti. Evaluasi. Lanjutkan perjalanan lagi. Begitu terus sampai tiba saatnya berhenti terakhir kali.

Opini dan Pertanyaan, Berbahaya

Sejujurnya ada banyak pertanyaan dalam pikiran ini. Ada banyak juga opini -- yang masih "mentah" -- berputar-putar mencoba menemukan bentuknya, kusimpan saja karena kekuatiranku. Observasi yang kulakukan dan opini serta kesimpulan yang kuambil, harus diakui, masih membutuhkan pematangan. Aku pikir dengan berdiskusi akan ketemu bentuknya. Tetapi di sinilah bahayanya: aku hidup di Indonesia. Saat ini, ada banyak hal yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan atau minimal ketenangan hidup. Mengeluarkan uneg-uneg terhadap praktik hidup beragama dan keberagaman Indonesia? Cari penyakit. Menuliskan opini tentang tokoh yang punya banyak simpatisan? Sama dengan minta dipersekusi. Intinya ada berbagai macam hal yang seakan off limit . Padahal akibatnya negatifnya, diskusi jadi mandeg. Konsep yang ada tak bisa menyesuaikan dengan zaman. Ide tak bisa diuji. Paham yang berbeda dimusuhi. Sesama manusa tak lagi sederajat. Tapi biarlah ini menjadi renunganku saja.

Masih Belum Juga Dimulai

Sebelumnya, aku menulis soal keenggananku untuk memulai suatu pekerjaan yang sebenarnya cukup mudah. Tinggal melakukan pencarian secara intens di internet bila aku mentok. Yamg perlu kulakukan adalah mengajukan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan yang straight to the point. Aku perlu berkomitmen pada kebutuhanku sendiri. Pada keinginanku untuk maju. Pada kebutuhanku memperbaiki diri dan meningkatkan kesejahteraan. Belajar dan berkembang. Terdengar gampang tetapi pelaksanaannya tidak seperti itu. Perhatianku gampang teralihkan dan minatku tersebar cukup luas dalam banyak hal. Sebenarnya aku tahu kalau kemampuanku masih bisa ditingkatkan. Sadar bahwa potensiku belum tergali sepenuhnya. Seandainya saja tantangan yang datang membuatku mau tak mau menjalani perubahan. Tentu saja suatu proses perubahan itu akan membuat diriku menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Masih Belum Dimulai?

Jadi beberapa waktu yang lalu aku menuliskan niat untuk belajar upgrade laptop Lenovo-ku. Sayangnya, sampai hari ini belum juga benar-benar bisa mengalokasikan waktu untuk mengerjakannya. Kalau diingat lagi, aku melakukan kesalahan karena membayar langganan Office 365 per bulan tetapi tidak dipakai. Pemborosan. Dengan tetap belum memulai, aku melakukan pemborosan, sekalian terlihat jelas bahwa konsentrasi dan prioritasku terletak di hal lain. Sesuatu yang perlu segera diperbaiki karena ada biaya di sini, jumlahnya tidak sedikit pula. Segera diperbaiki sifat ini.

Bagaimana Caranya Agar Tidak Dipermainkan Pedagang?

"Bagaimana caranya aku memastikan diriku tidak dipermainkan pedagang ini?" seperti itulah pertanyaan yang sering kuarahkan ke diri sendiri tiap kali hendak bertransaksi atau minimal mengecek barang yang ditawarkan di toko (fisik maupun online). Sejujurnya, aku tidak membiasakan diri untuk mempercayakan apa yang disampaikan seseorang kepadaku. Terlebih saat orang tersebut berpotensi mendapatkan keuntungan dari kepercayaan yang kuberikan. Dalam keadaan seperti itu, penting bagi orang tersebut untuk membuatku percaya pada kata-katanya dan kemudian mengikuti apapun yang dia anjurkan: membeli barang/jasa yang ditawarkan; memberikan pinjaman uang; dan hal serupa.

Banyak Buku Menunggu Giliran

Banayk sekali buku di dalam kamar ini, yang belum dibaca (masih dalam plastik pembungkus seperti ketika dibeli di toko), separuh dibaca, atau sudah selesai dibaca. Ada fiksi seperti Girl in the Spider's Web -nya David Lagercrantz, Sihir Perempuan -nya Intan Paramaditha, dan 1Q84 -nya Harumi Murakami. Ad a non-fiksi seperti Sapiens dan Homo Deus-nya Yuval Noah Harari, The Intelligent Investor -nya Benjamin Graham, dan The Art of Thinking Clearly -nya Rolf Dobelli. Ada buku lainnya yang tak kutuliskan atau kufoto karena bertumpuk di sana-sini tidak jelas. Mengumpulkan debu atau menyerap kelembaban kamar. Bikin pusing kalau mengingat kondisinya. Sama seperti di kamar lainnya di kota yang satu lagi, berpeti-peti, tersimpan tak terkena cahaya. Bisa membuat stres kalau mengingat berapa banyak uang yang kukeluarkan untuk membeli semuanya. Pantas aku jadi bersahabat dengan mie instan, beberapa bulan terakhir ini. Kebiasaan berbelanja buku tapi tak bisa meluangkan waktu untuk membacan

Cerita Belajar Spesifikasi dan Upgrade Laptop

Makin kupelajari ini dan itu setiap hari makin merasa bodohnya diriku yang tidak tahu apa-apa. Misalnya soal kepemilikan laptop Lenovo yang kurasa makin menyulitkan untuk digunakan secara optimal tetapi tidak tahu cara terbaik untuk menyesuaikannya. Aku menggunakan low level laptop  dalam kehidupan sehari-hari di kantor maupun pribadi. Yang agak mendingan  (pada zamannya) adalah sebuah tablet Samsung yang cukup ringkas tetapi tidak bisa menggantikan kebiasaan menulis blog di komputer. Seperti yang ini. Memang aku yang terlalu memaksa, menggunakan sebuah  low level laptop  untuk mengedit video dan foto. Ampun betapa tersiksanya saat sistem harus membaca dan mengolah file yang dimaksud agar sesuai maksudku. Lalu saat melihat hasilnya belum memuaskan, tweaking  lagi dan lagi. Sampai tahu-tahu adzan subuh berkumandang. Sekedar sharing saja bahwa aku menggunakan Beema dan ternyata dokumen petunjuk dari website resmi Lenovo tertanggal 07-Juli-2015! Sekarang tahun 2018! Lama sekali wakt

Sangat Umum, Ringan, dan Aku Tak Merasa Ilmu Berinvestasi Bertambah

Ada kalanya membaca buku yang mengulas dasar suatu ilmu (pengetahuan), saat si pembaca (saya) sudah berada di tingkatkan yang lebih tinggi, berguna sebagai penyegar. Untuk mengulang lagi apa yang sudah pernah dipelajari tapi bisa saja terlupakan. Buku yang ditulis dengan menarik, menjelaskan hal dasar, tapi bermanfaat juga bagi kalangan yang masuk kelompok intermediate, jadi terasa bermanfaat.

Hotel K dan Pendapatku (Tentang Hidup)

Buku pertama tahun 2018 ini yang kuselesaikan membacanya. Tentang Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan di Bali dan kehidupan sehari-hari para penghuni dan sipir. Mendapatkan penjelasan dari sudut pandang penulis first world terhadap kondisi negara dunia ketiga. Kalau membaca narasi yang diberikan, sepertinya kesalahan para penghuni lapas di- downplay oleh penulis, sesuatu yang bagiku terasa mengganjal. Betapa berbedanya tabiat orang Indonesia yang digambarkan seperti banyak buruknya, dibandingkan para narapidana yang berasal dari mancanegara (Australia, Italia, Inggris, Perancis, Brazil, dan lainnya). Setiap ada kelakuan buruk warga negara asing yang dituliskannya, akan disandingkan dengan kelakuan lebih buruk warga negara Indonesia.

2018 And Such

New year and things look the same. Maybe because I am using the same way (or method) to look at things. Should have tried harder than last year which brought a lot of things changing, some for worse, some better. Again, doing things by myself made me learn at least a few new stuff. Analyzing events made me realize my limitations and shortcomings. Now I need to formulate a few solutions so that I can be a better version of me. Quite acceptable, isn't it?